Rabu (23/3), para atlet CSWI menjajal lapangan untuk performance di Graha Unesa. Mereka didampingi orang tua yang juga tak sabar menunggu perhelatan kejuaraan wushu tatap muka perdana ini.
“Sudah menunggu lama kejuaraan tatap muka. Baru ini digelar selama pandemi. Lega juga akhirnya,” kata Marisa. Dia mendampingi putrinyi, Luneta Natesha, latihan di lantai 4 Graha Unesa. Putrinyi memang baru berusia 10 tahun. Namun, sudah mengikuti beberapa kejuaraan wushu. Hasilnya pun lumayan. Pernah meraih juara pertama dan ketiga.
Gelar juara itu didapat di kejuaraan virtual. Dia dan putrinyi merasa kurang puas. Sebab, atmosfir kejuaraannya kurang terasa. Menurutnyi, dengan kejuaraan tatap muka ini bisa membuat jiwa kompetisi anak-anak bangkit kembali.
Tak hanya itu, anak-anak juga bakal merasa lebih tertantang. Mental mereka bisa terlatih lebih kuat. Semua itu tak bisa didapatkan di kejuaraan wushu yang digelar secara virtual. “Saya berharap kompetisi ini dapat menambah relasi. Karena pesertanya dari tiga provinsi. Dan tentu menambah pengalaman bagi anak-anak yang usianya masih sepantaran anak saya, ” tambahnyi. (Mohamad Nur Khotib)