Cheng Yu Pilihan Pemilik Bank Bali Rudy Ramli: Zhi Nan Er Jin

Selasa 28-06-2022,05:00 WIB
Reporter : Novi Basuki & Annie Wong
Editor : Tomy C. Gutomo

KALAU perlu tokoh untuk merepresentasikan pepatah "知难而进" (zhī nán ér jìn) yang artinya "pantang mundur sekalipun sulit", maka Rudy Ramli bisa dijadikan salah satunya. 

Bayangkan, walau kehilangan bank, Rudy tak gentar untuk terus mencoba peruntungan anyar. Di bidang yang dikuasainya: keuangan. 

Beberapa tahun belakangan, ia terlihat begitu semangat mendirikan beberapa perusahaan rintisan (startup). Tak sedikit yang merugi. Meski ada juga yang jalan –kendati belum begitu menghasilkan.

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pendiri PT Aditya Sarana Graha Hars Chandra: Ji Suo Bu Yu Wu Shi Yu Ren

Tapi Rudy tetap tak mau menyerah. Mungkin karena kerugiannya saat ini terasa tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang dialaminya di masa lalu: kehilangan Bank Bali, di saat orang lain cuma kehilangan dompet atau kartu ATM. 

Ya, Rudy adalah pemilik Bank Bali, bank yang sangat sehat di tengah bank-bank lain yang megap-megap diterjang krisis moneter 1998.

Waktu itu, Bank Bali tidak kekurangan uang. Makanya, Bank Bali ingin meminjamkannya ke bank-bank. Sebab, untuk dipinjamkan ke perusahaan, sulit. Karena ekonomi Indonesia lagi gonjang-ganjing.

Namun, untuk dipinjamkan ke bank, Rudy juga ragu. Ia lebih memilih membeli sertifikat Bank Indonesia. Yang menurutnya aman. Pun demikian sikap bank lain yang kaya likuiditas. Sampai-sampai BI kewalahan. Duitnya terlalu banyak. Tidak baik. 

BI menghubungi Rudy: jangan taruh uang di BI lagi. Salurkan saja ke pasar uang. Seorang pejabat tinggi BI memperlihatkan konsep itu ke Rudy. Bahwa uang yang disalurkan ke bank lain juga dijamin oleh BI. Maka Bank Bali pun kembali melayani pinjaman antarbank. Totalnya lebih Rp1 triliun. 

Singkat cerita, bank-bank yang dipinjami Rudy tidak mampu bayar. Kewajiban dan aset mereka dipindahkan ke BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional). Berbagai cara diusahakan Rudy. Termasuk dengan menunjuk JP Morgan untuk menggalang investor luar negeri. Ketemulah Citibank, yang tertarik membeli credit card Bank Bali, dengan harga lebih tinggi dari dana yang dibutuhkan Rudy. Syaratnya: kudu tanpa perantara JP Morgan.

Tentu JP Morgan tak setuju. Pihaknya mendorong Rudy untuk menerima GE Capital. Yang tak kalah serius dari Citibank. Tetapi, setelah dikonsultasikan dengan BI, seorang pejabat tinggi BI menolak mentah-mentah. Rudy digiring untuk memilih Standard Chartered. 

Rudy pun terpaksa menandatangani kontrak dengan Standard Chartered di depan para wartawan di gedung BI. Yang di kemudian hari mengakibatkan Bank Bali BTO: Bank dalam Take Over.

Belakangan, Rudy baru tahu bahwa ada surat permintaan dari Standard Chartered untuk mem-BTO-kan Bank Bali. Yang saat itu, karena mengikuti arahan BI, masih punya tagihan Rp 900 miliar ke bank-bank yang diambil alih BPPN. (*)

 

Kategori :