Kegiatan tersebut akan menjadi kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap Rabu dan Kamis. "Sementara ini kami adakan untuk anggota IKD penyandang tunanetra dulu. Karena keterbatasan Alquran Vraille. Sementara ini masih ada 3. Akan ada lagi penyumbang Alquran braille dari instansi maupun lembaga yang peduli," ujar Yoesi Rosika Sary, pembina IKD.
Kegiatan mengaji bersama para penyandang tunanetra yang diselenggarakan oleh IKD. -ALIFIYANTO-
Ke depan, kegiatan mengaji dibuka untuk umum. Terutama para penyandang disabilitas di luar IKD. "Ini merupakan bentuk kepedulian kami terhadap pemenuhan sisi spiritual dari anak-anak anggota IKD. Mereka harus jadi pribadi yang ber-akhlakul karimah. Berperilaku baik dan taat pada Allah," ujar Iqro.
Dalam waktu dekat, juga diselenggarakan bimbingan konseling untuk anak-anak autis beserta orang tuanya. "Kami akan undang psikolog terkait kegiatan tersebut. Jadi orang tua dapat mengetahui apa yang dikeluhkan anak-anak, atau permasalahan-permasalahan lain," ujar Yoesi.
IKD didirikan pada 2020 oleh beberapa tokoh yang peduli terhadap anak-anak difabel dan berkebutuhan khusus, yakni Andy, Gigih Muammar Ramadhan dan Eko Purnomo. Mereka mengembangkan kemampuan berkesenian anak-anak yang tergabung dalam anggota IKD. Baik bermusik, melukis, menari, fashion show, dan merancang content creative.
Hingga saat ini IKD menghimpun 43 anak-anak. Terdiri dari 13 penyandang tunanetra, dua penyandang tunarungu, tiga anak penyandang tunadaksa, 17 autis, 3 down syndrome, dan sisanya penyandang tunagrahita. "Acara mengaji sore ini merupakan program lanjutan dari IKD, setelah acara ulang tahun kami yang kedua, pada 2 Juli lalu," pungkas Andy. (*)