Dalam film terbaru berjudul Mencuri Raden Saleh, terdapat satu hal menarik. Yakni berfokus pada karya lukisan maestro Raden Saleh. Judulnya Penangkapan Pangeran Diponegoro. Mengapa memilih lukisan tersebut? Angga Dwimas Sasongko punya alasan tersendiri.
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Sebelum tayang secara perdana pada 25 Agustus 2022, pada 20 Agustus para aktor Mencuri Raden Saleh melakukan jumpa pers dan meet and greet. Pada kesempatan itu, Angga sebagai sutradara menjelaskan panjang lebar. Bahwa film terbaru besutannya itu mengangkat satu tema: pencurian lukisan.
Serius tapi santai, diselingi humor tapi tak receh. Cukup berbobot, sebab diluar kebiasaan para aktor dalam film-film sebelumnya. Mereka yang terlibat antara lain: Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, Umay Shahab, Ari Irham, Rachel Amanda dan Aghniny Haque. Para idola remaja yang biasa menjadi good boy dan good girl, kini berakting sebagai pencuri lukisan.
"Mereka satu tim. Punya misi mencuri lukisan Raden Saleh berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro," ungkap sutradara Angga. Ia memilih lukisan tersebut, karena menurutnya, ibarat Monalisa sebagai masterpiece Da Vinci, Penangkapan Pangeran Diponegoro adalah Monalisa-nya Raden Saleh.
"Lukisan itu pernah dihadiahkan Raden Saleh kepada Ratu Belanda. Sudah dikembalikan ke Indonesia dan menjadi aset penting bangsa ini. Apalagi lukisan itu sarat makna," ungkapnya. Ia menjelaskan bahwa Raden Saleh melukis karya itu sebagai sindiran atas pongah dan liciknya kaum kolonial.
Figur kaum kolonial digambarkan kerdil dan berkepala besar. Sebagai simbol kelicikan. Pangeran Diponegoro digambarkan menengadah. Latar lukisan tersebut bisa dibilang bernuansa senja atau fajar sekaligus. Bermakna bahwa perlawanan bisa redup untuk sesaat, kemudian muncul kembali di kemudian hari.
"Kurang lebih sama dengan plot film. Ada kelicikan, kepongahan. Aktornya dijebak hingga memutuskan berbuat kriminal," ujar pria 37 tahun itu. Demi totalitas dalam penyutradaraan, Angga sempat berdiskusi dengan para pelukis dan kurator seni rupa. Tentang lukisan tersebut. "Jadi yang penting lukisannya dulu. Itu ide utama. Script-nya belakangan," tambahnya.
Ia mendalami makna lukisan, berikut segala hal tentang Penangkapan Pangeran Diponegoro. "Mulai dari pigmen warnanya seperti apa, ketebalan berapa dan lain-lain. Kami bekerja sama dengan seorang pelukis di Jakarta, membuat repro sampai 5 lukisan," ungkapnya. Ia menyebut nama pelukis tersebut: Piko Subiakto. Nama yang juga dipakai oleh tokoh yang diperankan Iqbaal.
Namun tak ada informasi jelas tentang ada tidaknya pelukis bernama Piko. Mungkin saja Angga merahasiakan namanya. Ia pun telah merusak kelima karya repro tersebut setelah syuting selesai. "Karena repro hanya untuk kebutuhan film. Kami menghargai betul. Jangan sampai karya sebesar itu di-repro," terang ayah satu anak itu.
Tentu menarik menyimak jalan cerita Mencuri Raden Saleh. Apalagi tema seni rupa sangat jarang muncul dalam khasanah perfilman Indonesia. Film besutan Angga dapat disebut sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap eksistensi seni rupa. (Guruh Dimas Nugraha)