DALAM bermasyarakat dan berbisnis, Jodi Hendrikus Susanto selalu menjalankan apa yang dalam kebudayaan Tiongkok klasik sebut sebagai "八德" (bā dé) alias delapan kebajikan.
Delapan kebajikan itu terdiri dari: 孝 (xiào), 悌 (tì), 忠 (zhōng), 信 (xìn), 礼 (lǐ), 义 (yì), 廉 (lián), 耻 (chǐ). Yang masing-masing artinya: (1) berbakti kepada orang tua, (2) membimbing dan mengasihi yang muda, (3) setia kepada negara dan pemimpin, (4) berintegritas dan dapat dipercaya, (5) mempunyai akhlak yang mulia, (6) memiliki harga diri dan tahu balas budi, (7) sederhana dan hidup lurus, (8) tahu malu dan tidak melanggar etika.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Michael Deo: Fa Bu E Gui
"Saya pribadi senang sekali dengan prinsip ini. Dan selalu menyosialisasikannya sebagai bagian dari budaya perusahaan," kata Jodi, yang merupakan owner perusahaan perkakas bangunan merek Taiyo dan presiden direktur PT Ekamant Indonesia, produsen ampelas terkemuka asal Swedia.
Tentu Jodi tidak sebatas bicara di awang-awang saja, tapi menerapkannya di kehidupan nyata. Dalam hal kaderisasi kepemimpinan di perusahaan-perusahaannya, misalnya, Jodi godok lewat cara meritrokrasi. Dengan sistem demikian, kesempatan seseorang untuk menjadi pemimpin bukan lagi ditimbang berdasarkan senioritas, hubungan kekeluargaan, kesamaan etnis, atau semacamnya; melainkan oleh prestasi, kapabilitas manajerial, dan, ya, budi pekertinya.
Di sela-sela kesibukannya mengurus perusahaan, Jodi tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial-keilmuan. Secara berkala, ia selenggarakan serial webinar "Club Taiyo x Claris" mengenai kewirausahaan dan humaniora yang disiarkan melalui kanal YouTube Taiyo Perkakas. Jodi juga dipercaya menjadi pengurus pusat Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) dan Pemuda Teo Chew Indonesia (PTI).
Kendati aktivitas bisnis dan organisasinya padat sekali, Jodi tak pernah lupa "healing" bersama keluarga. Sebab, Jodi yang punya nama Mandarin Yang Lianghua 杨良华 percaya, "家和万事兴" (jiā hé wàn shì xīng): jika keluarga harmonis, maka segalanya akan lancar.
Begitulah, Jodi adalah representasi dari orang yang digambarkan filsuf Chuang Tzu dalam kitab Zhuangzi (庄子), "抱德炀和" (bào dé yáng hé): memegang teguh budi pekerti, menjunjung tinggi harmoni. (*)