Imunitas dan Vaksin Cacar Monyet

Selasa 30-08-2022,07:39 WIB
Oleh: *) Ari Baskoro

Vaksin Cacar Monyet

Sebenarnya virus cacar monyet (monkeypox), masih dalam satu ”keluarga” dengan virus penyebab smallpox (cacar) maupun cowpox (cacar sapi). Ada anggota keluarga virus lainnya, yaitu buffalopox (cacar kerbau) dan vaccinia. 

Dalam klasifikasi virus, semuanya ini masih merupakan bagian dari anggota keluarga virus yang disebut poxviridae. Poxviridae bukanlah penyebab dari penyakit cacar air (chickenpox) atau cacar api (herpes zoster). 

Kedua penyakit ini disebabkan oleh jenis virus yang sama yaitu varicella-zoster. Bisa dikatakan, herpes zoster sebagai kelanjutan/infeksi laten dari cacar air. Antara poxviridae dan varicella zoster, tidak terdapat imunitas silang, karena secara virologi mempunyai struktur antigen yang berbeda.

Saat ini belum tersedia vaksinasi spesifik yang ditujukan khusus untuk cacar monyet. Namun demikian, seseorang yang pernah mendapatkan vaksin cacar, menunjukkan tingkat efektivitas pencegahan sebesar 85 persen terhadap cacar monyet (proteksi silang). 

Andaikan tertular pun, gejala penyakit individu tersebut akan lebih ringan. Seperti diketahui, WHO telah mendeklarasikan bahwa dunia bebas dari cacar pada tahun 1980. Orang yang lahir sebelum waktu tersebut, pada umumnya sudah pernah mendapatkan vaksin cacar. 

Menurut WHO, vaksinasi massal untuk cacar monyet (menggunakan vaksin cacar  Jynneos atau ACAM 2000), saat ini belum direkomendasikan. Indikasinya hanya terbatas pada seseorang yang kontak dengan sumber penularan dan kelompok berisiko tinggi terpapar. 
Seperti halnya pencegahan terhadap paparan Covid-19 dan penyakit menular lainnya, vaksinasi cacar monyet bertujuan menginduksi sistem imun yang protektif.

Tindakan ini dikategorikan sebagai profilaksis/pencegahan pra-paparan. Tenaga kesehatan (nakes) yang menangani kasus tersebut dan staf laboratorium, termasuk dalam kategori kelompok berisiko. 

Vaksinasi disesuaikan dengan kebijakan pemerintah negara masing-masing. Inggris, Perancis, Spanyol, Belanda, Jerman hingga Amerika Serikat, telah memulainya. Kebijakan tersebut tidak terlepas dari dampak negara-negara tersebut sebagai ”episentrum” kasus cacar monyet. Tidak semua negara memiliki persediaan vaksin cacar yang cukup memadai.

Dosis

Baik Jynneos maupun ACAM2000 mengandung komponen antigen virus vaccinia. Bedanya adalah, virus vaccinia yang digunakan pada Jynneos, merupakan virus hidup yang telah dilemahkan dan tidak mengalami replikasi. 

Sebaliknya pada ACAM2000, masih bisa bereplikasi. Teknologi terkini yang digunakan pada vaksin generasi dua dan tiga, mempunyai tingkat keamanan yang lebih terjamin. Teknologinya dikembangkan oleh Bavarian Nordic (BN), menggunakan virus vaccinia Ankara yang dimodifikasi (Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic/MVA-BN), sehingga tidak dapat bereplikasi pada sel tubuh manusia. Vaksin MVA-BN, dikenal dengan nama Imvamune (Kanada), Imvanex (Uni Eropa) atau Jynneos (Amerika Serikat).

Profil masing-masing vaksin yang demikian ini membawa konsekuensi pada respons imun (termasuk terbentuknya antibodi) yang diinduksinya juga berbeda. Demikian juga kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), juga tidak sama.

Selama dilakukannya uji klinis, vaksin Jynneos hampir-hampir tidak menunjukkan KIPI yang berarti. Namun demikian, agar memperoleh respons imun yang protektif diperlukan dua dosis dengan interval 28 hari.

Dengan teknik vaksinasi menggunakan jarum khusus hanya diperlukan dosis tunggal saja pada ACAM2000. Dalam beberapa laporan uji klinis, ACAM2000 menimbulkan KIPI yang relatif lebih sering terjadi dibanding Jynneos. Pilihan terhadap masing-masing vaksin, selalu dipertimbangkan atas potensi manfaatnya dibanding risiko KIPI yang mungkin bisa terjadi.

Perlu kiranya dipahami bahwa pencegahan penularan cacar monyet yang terbukti efektif adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Vaksinasi hanya diperlukan pada kondisi dan indikasi yang khusus.

Tags :
Kategori :

Terkait