Hexa-Mbah Yit Terjemahkan Relief Candi dalam Lukisan

Rabu 31-08-2022,10:05 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Menyusuri candi-candi di daerah Malang dan Blitar, Hexa Galuh Wicaksono menemukan banyak hal. Terutama terkait relief. Ia memindahkan citranya lalu menginterpretasi kisahnya ke dalam lukisan. Karena itu ia menggandeng pelukis Suyitno asal Banyuwangi.

Telah bertahun-tahun Hexa memiliki ketertarikan terhadap bangunan candi. Terutama terkait relief. Gambaran peradaban masa lalu Jawa menarik perhatiannya. Kisah dalam relief banyak diinterpretasikan olehnya. Beberapa memiliki perbedaan dengan pendapat dari kalangan sejarawan. Beberapa lagi adalah interpretasi yang benar-benar baru.

Di Candi Badut, misalnya, ia menemukan struktur relief yang memanjang. Dari sudut pegangan tangga menuju pintu ruang candi. Relief kala yang jika ditelusuri ke bawah, visual relief itu mengalir dan ornamennya membentuk objek singa. 

Satu yang ia simpulkan: sinkretisme. ”Kala berasal dari budaya Hinduisme. Sedangkan singa menurut saya identik dengan Buddha. Karena Pangeran Siddharta dijuluki Singa dari Keluarga Sakyamuni,” katanya. 

Unsur sinkretisme memang menjadi keistimewaan dalam peradaban Jawa masa lalu. Unsur Buddha dan Hindu, menyatu, mewujud sebagai sekte baru: Siwa-Buddha. Demikianlah hasil pengamatannya terhadap Candi Badut.

Hexa ingin memperjelas gambaran relief itu melalui sebuah lukisan. Ia sempat menawarkan idenya kepada beberapa pelukis di Jawa Timur. 

Namun menurutnya tak ada satu pun yang mampu menerjemahkan. ”Ada yang ketika proses melukis, nggeblak (pingsan). Ada juga yang sudah jadi. Tapi sama sekali tak sesuai. Melukis relief, percaya tidak percaya, butuh pendalaman spiritual,” ungkapnya.

Setelah observasi berulang kali, Hexa menjatuhkan pilihannya pada sosok Mbah Yit. Nama aslinya Suyitno, pelukis asal Banyuwangi. Sehari-hari Mbah Yit dikenal sebagai pelaku spiritual.
Mbah Yit di sisi lukisan (foto atas) -pelaku spiritual asal Banyuwangi- yang dianggap Hexa paling mampu menerjemahkan idenya untuk menuangkan relief-relief candi ke dalam lukisan. 

Ia mengenakan surjan dan blangkon ala Banyuwangi adalah kekhasan busananya. ”Gaya melukis Mbah Yit cenderung ekspresif. Hanya beliau yang mampu menerjemahkan keinginan saya,” terangnya.

Ketika ditemui di Balai Pemuda, Surabaya, pada pameran tunggal bertajuk Malang Nuswantara untuk Indonesia, sosok Mbah Yit tak begitu banyak bicara. Hanya sepatah dua patah kata saja yang ia ucapkan. Selebihnya hanya tersenyum. 

Semua materi pembicaraan didominasi oleh Hexa, empunya ide. ”Kalau saya sebelum melukis harus puasa dulu dan lelaku. Demi menyerap frekuensi energi peradaban masa lalu. Jadi kita bisa mengerti apa yang diinginkan oleh leluhur,” ungkapnya.

Seperti terjemahan relief Candi Badut itu. Melalui lukisan, Mbah Yit menggambarkan penyatuan kala dan singa dalam wujud gunungan wayang. Warna di kanan-kiri lukisan itu penuh dengan gejolak. Ekspresi emosional Mbah Yit dalam proses melukis. Kemudian salah satu sapuan kuas berbelok, dari bagian bawah objek kala menjadi bentuk singa yang tersamarkan.

Kondisi relief dalam Candi Badut telah kikis oleh waktu. Untuk menerjemahkan keaslian bentuknya, perlu bantuan pelukis. Menurut Hexa, seperti itulah bentuk asli relief Candi Badut yang merupakan paparan leluhur tentang fenomena sinkretisme. Terutama dalam era peradaban Hindu-Buddha. ”Lukisan gunungan yang menyatukan kala dan singa karya Mbah Yit berjudul Harehara Sakyamuni,” ungkap direktur Galuh Galeri Indonesia (GALARINDO) itu.

Terdapat imbuhan cerita-cerita mistis di balik proses pengerjaan lukisan. Mbah Yit sempat gagal selama 11 kali saat melukis Harehara Sakyamuni tersebut. Bahkan sempat sakit dan terbaring selama beberapa hari. ”Ada tarik-menarik energi. Karena paparan itu tubuh saya sempat tidak kuat,” ujar Mbah Yit, yang kini berusia 69 tahun.

Usaha penerjemahan yang menarik dihasilkan Hexa atas relief-relief yang ditemukan di Candi Mleri, Blitar. Menurutnya, relief-relief di situ menceritakan dengan gamblang perihal masa kecil Ken Angrok, raja pertama Singhasari. 

Tags :
Kategori :

Terkait