JERMAN, HARIAN DISWAY - Jalan-jalan sekeluarga ke empat negara yang diawali dari Berlin, kami lanjutkan ke kota kedua, Dresden. Tak langsung sih. Kami menunggu esok hari biar memulai trip dengan fresh.
Setelah seharian penuh hingga malam jalan-jalan di Berlin, kami mengakhir trip dengan beristirahat di penginapan di daerah Schwalbenweg.
Harga penginapan satu keluarga itu bertarif 60 Euro. Bila 1 Euro = Rp15 ribu, kira-kira Rp900 ribu. Ini harga pilihan pelancong budget. eperti saya dan keluarga. Yang memiliki anggaran lebih sih, bisa memilih penginapan yang berharga ratusan Euro.
Penginapan kami berjarak sekitar 20 km dari ALexanderplatz. Dekat dengan metro. Hanya 10 menit berjalan kaki. Dalam kamar sudah tersedia kulkas mini, TV, dan wastafel. Seperti kebiasaan di Eropa, kami bisa minum air dari keran. Istilahnya tap water.
Itu pun masih ada dapur, mesin cuci, bahkan ruang makan, dan tempat menjemur baju. Hanya kamar mandi digunakan bersama. Tidak masalah. Karena toilet dan shower-nya ada banyak.
Di tempat yang nyaman itu saya membayangkan perjalanan besok hari menuju tempat kedua, Dresden, bakal asyik.
Apalagi mumpung semua public transportation di Jerman sedang diskon besar-besaran. Hingga akhir Agustus 2022, jalan jalan ke seluruh Jerman pakai harga pas. Hanya 9 Euro selama sebulan penuh. Murah bukan?
Jika Anda hendak jalan-jalan di Jerman, sebaiknya belajarlah bahasa Jerman sedikit-sedikit. Setidaknya bisa mengucapkan danke schön alias terima kasih banyak atau bitte alias please. Itu penting banget untuk membuat kita mudah berinteraksi dengan penduduk lokal yang lebih nyaman diajak bicara dalam bahasa Jerman.
Untuk mengetahui arah dan waktu kedatangan public transport, andalkan Google Maps. Bisa juga mengunduh aplikasi Deutsche Bahn (DB) Navigator.
Sebab bira enggak seperti kami yang pada awal-awal kesulitan dengan nomor jalur dan platform di Berlin.
Jalanan Dresden yang membuat kami sekeluarga terkesiap ketika melihat bangunannya yang bergaya barok. Ukiran di setiap monumen begitu detail.
Bagi yang berjiwa petualang, tidak masalah sih sedikit tersesat. Sebab jalanan di Berlin -meski hiruk pikuk- punya banyak detail yang bisa dinikmati. Tapi kalau terlalu bingung arah, pegang moto ini; jangan malas atau malu bertanya.
Oh ya sebelum membahas Dresden, saya lupa bahwa ada yang menarik dan unik di Berlin. Salah satunya Ampelmann yang hanya ada di Berlin. Sosok laki-laki memakai topi di tiang lalu lintas di Berlin. Ia tak lain little traffic light man.
Kami melihatnya di setiap lampu penyeberangan jalan. Ampelmann menjadi pengingat kapan kita berjalan dan berhenti. Saat tidak boleh menyeberang, Ampelmann berwarna merah. Saat boleh jalan, berwarna hijau.
Ampelmann ini sangat menghibur kami ketika capek berjalan. Terutama anak-anak saya yang sangat senang menunggu Ampelmann berubah warna. Penantian di zebra cross jadi mengasyikkan. ”Mama, sudah green light,” kata dua anak saya.
Sebenarnya si Ampelmann adalah merek toko di Berlin. Tapi sosoknya melegenda di jalanan ibu kota. Tak heran toko-toko souvenir di Berlin berjualan simbol ini. Warga Berlin sangat bangga punya Ampelmann. Sampai-sampai ia dijadikan animasi dan program keselamatan jalan bagi anak-anak.
Si bungsu Hamzah Alexander Nordika di dalam sebuah toko souvenir di Berlin yang memasang sosok yang sangat melegenda di jalanan Berlin bernama Ampelmann.