IPTN, TMII, dan IKN

Kamis 08-09-2022,05:30 WIB
Reporter : M. Taufik Lamade

Soeharto pun sudah menyiapkan rencana ibu kota baru. Yakni, Jonggol yang hanya geser sekitar 50 kilometer arah tenggara Jakarta. Krisis ekonomi dan reformasi membuat rencana itu berantakan.

Kalau bicara proyek ikonik, Soeharto identik dengan TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Selama 32 tahun berkuasa, tak terhitung jumlah proyek di era Orba. Tapi, yang paling ikonik dan monumental ya TMII itu.

Proyek tersebut juga dibangun di tengah krisis. Awal Soeharto berkuasa. Pada 1970-an awal. Prakarsa Ibu Tien Soeharto. Ditentang para aktivis. Dianggap pemborosan, sementara negara dan rakyat masih miskin.

Namun, Soeharto tetap nekat. Demostran seperti Arief Budiman ditangkap. Proyek bergengsi di  Jakarta Timur itu tetap jalan. Terwujud. Kini menjadi legasi yang identik dengan Soeharto. Dikenang sebagai warisan Soeharto.

Di era SBY yang ikonik, tol Mandara, Bali, yang melintas di atas laut. Itu full karya anak bangsa, yang tetap dikenang.

Tapi, yang sering masuk berita proyek Hambalang, yang mangkrak dililit korupsi. Yang membuat makin marak cerita Hambalang ialah koruptornya anak buah SBY. 

Proyek besar SBY yang jadi legasi ya MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Ada 40 proyek infrastruktur dengan nilai Rp 337 triliun. Hingga SBY berakhir jabatannya, sebagian proyek itu belum selesai atau belum terwujud, termasuk Pelabuhan Cilamaya, Bandara Karawang, dan sejumlah besar ruas tol di Sumatera. Sedangkan yang terwujud termasuk pengembangan terminal Bandara Sepinggan, Balikpapan, dan Bandara Juanda, Surabaya.

Era Jokowi, dibangun banyak tol. Ia berhasil menyambung tol trans-Jawa. Juga, mewujudkan tol di Sumatera, itu juga legasi yang akan dikenang. 

Kini Jokowi meyiapkan ibu kota negara (IKN) baru. Payung hukumnya sudah dibuat. Kita semua sudah tahu, tempatnya di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Idenya, agar pembangunan merata dan Jakarta terlalu padat serta banjir.

Biaya IKN dianggarkan Rp 466,9 triliun. Awalnya, Jokowi sempat mengatakan tak menggunakan APBN. Namun, kenyataannya keluar keppres yang memosisikan APBN menanggulangi 20 persen. Itu setara Rp 93 triliun.

Investor asing seperti Soft Bank juga sudah mundur. Beberapa anggota di DPR seperti Lukman Hakim (PKB) meramal bakal bengkak menyentuh Rp 700 triliun. Bila bengkak, tentu cucuran dari APBN juga terancam bengkak.

Ekonomi global guncang lantaran perang Rusia vs Ukraina. Kita pun masih waswas karena makin lemahnya daya beli publik akibat kenaikan harga BBM.

Tantangan besar untuk proyek IKN. Proyek visioner di waktu yang tidak tepat. Saat ekonomi berat dan rakyat butuh penguatan daya beli. Saat butuh posting APBN yang lebih besar untuk proyek penguatan daya beli rakyat.

Apakah akan tetap jalan seperti jadwal? Apakah seperti proyek TMII yang tetap nekat jalan di tengah krisis dan protes.

Atau seperti Habibie yang tidak mau membangkitkan proyek IPTN walau punya kesempatan. Karena ia memilih membenahi ekonomi. 

Kita tunggu saja. Apakah Jokowi akan tetap melanjutkan proyek IKN  yang akan menjadi warisan terbesarnya sesuai jadwal? Atau strategi baru, di tengah krisis ekonomi dan gelombang protes rakyat kepada pemerintah. (*)

Kategori :