SURABAYA, HARIAN DISWAY - Pada Sabtu, 10 September 2022, bulan di langit tampak bulat penuh. Sekilas tampak lebih besar dari ukuran biasa. Ditunjang dengan cuaca cerah. Pada hari itu, warga Tionghoa merayakannya sebagai tradisi Zhong Qiu Jie. Perayaan malam bulan purnama.
Bulan di atas Kelenteng Sam Poo Tay Djien. Malam dengan cuaca yang menunjang. Sehingga benda langit itu tampak besar dan bersinar terang. Penyambutan purnama dalam tradisi Tiongkok lampau yang dirayakan dengan ibadah khusus.
”Namanya Zhong Qiu Jie atau Festival Pertengahan Musim Gugur. Festival bulan atau dalam bahasa Inggris disebut Mid-Autumn Festival,” ungkap Hartadi Tanuwidjaja, ketua Kelenteng Sam Poo Tay Djien, Jalan Demak, Surabaya.
Peribadatan Zhong Qiu Jie layaknya sembahyang biasa. Dengan dupa dan menghadap altar Tuhan serta Para Dewa. Yang unik, terdapat sajian khas: kue bulan atau Tiong Chiu Pia.
Tiong berarti tengah atau pertengahan. Chiu artinya musim gugur. Sedangkan pia adalah kudapan berbentuk bulat seperti bulan dengan isian di dalamnya. Maka, makna kue bulan atau mooncake, berarti kue yang disajikan saat pertengahan musim gugur.
Beberapa kelenteng maupun wihara menyajikan makanan tersebut saat perayaan Zhong Qiu Jie. Masyarakat Tionghoa dan berbagai tradisi meyakini bahwa semua benda-benda langit termasuk bulan, bintang, planet dan satelitnya, memancarkan frekuensi-frekuensi halus.
Frekuensi itulah yang memengaruhi manusia, baik pada tingkatan fisik maupun spiritual. Frekuensi yang dipancarkan bulan purnama konon dapat memengaruhi perasaan, emosi dan hasrat keinginan manusia. ”Itu semua ada dalam pikiran sadar dan pikiran bawah sadar kita,” ujar Haryanto Djajanegara, praktisi fengshui dalam Kelenteng Sam Poo Tay Djien.
Dalam pikiran bawah sadar, manusia memiliki sejumlah impresi yang menentukan sifat alami serta kepribadian. Namun tiap pribadi tidak menyadari adanya pemikiran atau impresi dalam pikiran bawah sadar tersebut. ”Karena sifatnya non-fisik. Bisa jadi impresi yang datang berasal dari energi manusia dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya,” tambahnya.
Umat Kelenteng Sam Poo Tay Djien khusyuk membaca mantra. Berharap agar tahun ini penuh berkah dan rezeki.
Jika dikaitkan dengan kehidupan masyarakat agraris Asia, khususnya Tiongkok, pada pertengahan musim gugur dan efek bulan purnama, umumnya para petani menuai hasil panen dari ladang mereka. Para muda-mudi bergembira karena suasana malam relatif lebih terang dari hari biasa. Itu pula yang membuat tradisi menghias rumah dengan tanglung atau lampion.
Penganut Konghucu dalam Kelenteng Sam Poo Tay Djien, selain tentu memanjatkan ucapan syukur pada Thian atau Tuhan, secara khusus mereka berdoa di depan altar Dewa Bumi Fu De Jing Xian. Mengucap terima kasih atas berlimpahnya hasil alam. Pada masa lalu tentu warga Tiongkok berdoa pada Dewa Bumi atas hasil panen.
Umat Buddha pun merayakan Zhong Qiu Jie dengan khusyuk. Seperti peribadatan yang
digelar di Perkumpulan Doa Bersama (PDB) Lotus Surabaya. Banthe Phra Latthilamnao Srisuk dari Bangkok memimpin peribadatan.
Diterangkan Hanadi Soehardjo Hartono, penisehat PDB Lotus, dulu di Tiongkok, masyarakat membagi Hari Raya Zhong Qiu Jie menjadi tiga bagian. Imlek tanggal 14 bulan 8, Imlek tanggal 15 bulan 8 dan Imlek tanggal 16 bulan 8.
Perayaan pertama disebut Ying Yue Hui atau pesta menyambut kedatangan bulan purnama. Imlek hari kedua disebut Shang Yue Hui atau kedatangan purnama. Sedangkan hari ketiga disebut Shang Yue Hui, yakni bersama-sama menikmati bulan purnama.
Maka Zhong Qiu Jie identik dengan kebersamaan. Para kerabat dari tempat yang jauh akan datang dan kembali ke rumah keluarga. Semua berkumpul dan menikmati keakraban.