BOS Maspion Alim Markus memegang teguh apa yang ditulis Ban Gu 班固 (32-92) dalam magnum opus-nya, Kitab Han (汉书 Han Shu), "欲人勿知, 莫若无为" (yù rén wù zhī, mò ruò wù wéi). Yang terjemahan bebasnya: kalau tidak mau diketahui orang, ya jangan melakukannya. Sebab, sebagaimana diingatkan pepatah Indonesia, "Sepandai-pandai tupai meloncat, akan terjatuh juga pada akhirnya."
Agar tetap berperilaku baik, Sang Buddha menyarankan kita memupuk rasa “hirī” (malu) dan “ottappa” (takut) berbuat jahat. Ini, menurut Sang Buddha, adalah “dua akhlak terpuji yang akan menyelamatkan dunia” (dhammā sukkā lokaṁ pālenti).
Islam pun mengajarkan manusia untuk meningkatkan perasaan malu (al-hayaa') dan takut (al-khauf) berbuat dosa. Bahkan, dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad menegaskan, “Al-hayaa’u minal iimaan” (malu adalah sebagian dari iman). Berarti, keimanan seseorang belumlah bisa dikatakan paripurna kalau belum tahu malu.
Yang repot, tidak sedikit manusia zaman sekarang yang sudahlah bersalah, tapi tetap saja tidak mau mengakui dan memperbaiki. Kelewat sering kita melihat pelaku korupsi yang masih bisa senyam-senyum tanpa beban di depan publik. Mungkin ada pula yang menyesal (atau malah kesal karena ketahuan?). Namun, penyesalan jelas tak ada gunanya.
Makanya, satu-satunya jalan agar tak ada sesal di kemudian hari, adalah tidak pernah coba-coba melakukan perbuatan yang menyalahi hati nurani. Pak Alim Markus tentulah termasuk tokoh yang begini. (*)