Tim van Wijk dan dua kakak kandungnya, yakni Ernes dan Emy Yuliana, berkumpul di kuburan mendiang sang ibu: Elya Rosani. Pertemuan yang penuh air mata itu tiba-tiba berubah menjadi drama yang sangat menegangkan.
– TIGA bersaudara itu duduk jongkok di atas tanah makam yang mulai retak Juni tahun lalu di Salatiga. Hujan mulai sedikit turun di pancaroba. Namun, air mata mereka turun begitu deras, bak badai dari mendung gelap yang turun ke gurun tandus. Inilah kali pertama Tim dan saudaranya reuni di makam ibu setelah terpisah 45 tahun. Tim mengenakan sarung biru gelap. Di genggamannya ada sebuah botol berisi air untuk dituangkan di makam sang ibu. Putih dan merah muda kelopak mawar sudah ditebar di atasnya. Doa-doa terlantun dari sang buah hati. Sang ibunda sudah kembali ke ribaan Sang Mahakuasa tiga bulan sebelumnya. Andai tak ada pandemi, Tim bisa memeluk sang ibunda. Namun, takdir berkata lain. Satu-satunya pertemuan hanya bisa dilakukan lewat video call . Rasanya seperti pertandingan sepak bola. Gol sudah di depan mata. Namun, wasit meniup peluit panjang tanpa perpanjangan waktu.Doa untuk Elya Rosiana yang meninggal pada 21 Maret 2021 dari tiga anaknyi.-Dok Tim van Wijk- Ernes dan Emy pun larut dalam kesedihan. Mereka tak kuasa menahan air mata. Semuanya tertunduk pilu di depan makam sang ibu. Kurang dari setengah jam kemudian, mereka siap untuk pergi. Mengucapkan selamat tinggal untuk mama yang meninggal 21 Maret 2021. Tiba-tiba drama itu muncul. Bibi yang selama ini merawat ibunda Tim datang ke makam itu. Tim sudah menemuinya dan menggali kisah tentang sang ibu. Sang bibi ternyata tidak jujur dan menutupi sejumlah fakta tentang ibunya. Kisah itu terbongkar setelah ia bertemu dua kakaknya. Ada dua versi cerita yang berseberangan. Sang bibi datang tergopoh-gopoh dengan mata melotot. Emosinyi membara di tempat sakral itu. Ia berteriak ke arah Tim dan kakaknya. Juga ke arah rombongan Mijn Roots yang mengantarnya. Semuanya kaget. Termasuk kekasih Tim, Sumi Kasiyo. Naluri mendorongnyi untuk menghalangi pertengkaran. Ia berjalan ke arah bibi yang sudah terbakar amarah. Sumi berusaha melindungi keluarga Tim dan maju dari pertarungan. ” Ik versta niet veel van de Indonesische taal maar wel dat we voor vuile honden worden uitgemaakt !” tulis Sumi dalam blog pribadinya. Artinya, ”Saya tidak mengerti banyak bahasa Indonesia, tetapi saya tahu bahwa kami disebut anjing kotor!” Sumi tak ingin kata-kata kasar itu keluar terus-menerus dari mulut bibi itu. Dengan menggunakan Google Translate, Sumi mengatakan bahwa sang bibi adalah pembohong. Bagaimana reaksi bibi itu? Amarahnyi makin meledak. Seperti rumah terbakar yang disiram bensin. Saudara angkat Tim yang ikut bersamanya, Huibert, merekam kejadian itu. Adegan tersebut mungkin cuma hanya ada di film. Namun, itulah faktanya. Drama pencarian sejarah hidup Tim makin mbulet (rumit). Kehebohan berlanjut. Sumi tetap berusaha melerai keluarga yang tampaknya punya konflik internal itu. Dia belum pernah melihat tatapan kebencian dan api yang begitu menyala di wajah seseorang. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga sang bibi begitu meledak? Api kemarahan itu hampir membuat tubuh bibi yang kecil tersebut ambruk. Nyaris pingsan karena amarah yang meluap-luap. Dua anak bibi itu ikut serta. Mereka berusaha melepaskan tangan Sumi dari ibu mereka. Bahkan, salah seorang anak itu ingin menarik batu nisan dari tanah dan melemparkannya ke arah kakak tertua Tim: Ernes.
SENYUM KEBAHAGIAAN saat Tim, Emy, dan Ernes bersatu lagi setelah 45 tahun terpisah. -Dok Tim van Wijk- Istri Ernes, yakni Ati, dan suami Emy, yaitu Agung, membantu Sumi menghalangi rombongan yang sedang mengamuk itu. Ernes tak melawan. Ia mengedipkan mata dan memberikan isyarat agar mereka pergi meninggalkan makam itu. Putra bibi menarik baju Ernes. Ernes pun merobeknya agar bisa melepaskan diri. Bibi berjalan ke kuburan dan membersihkan bunga yang sudah ditabur. Huibert yang berdiri di dekat makam melihat ke arah lensanya. Ia berpikir akan ditampar juga. Ia segera menjauh sambil merekam kejadian itu. Hari yang benar-benar ”gila” bagi Tim yang jauh-jauh datang dari Belanda. Dari kisah itu saya sadar mengapa Tim tak kuat menceritakan kisah pencariannya saat bertemu di Restoran Kayyana, Surabaya, 6 Agustus 2022. Hidupnya benar-benar seperti roller coaster . Naik sedikit, lalu terjun bebas. (Salman Muhiddin)