Pernyataan Sikap Yenny Wahid, Cawapres Usulan PSI

Kamis 06-10-2022,15:59 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

 

Pernyataan Sikap Yenny Wahid, Cawapres Pilihan PSI

 

JAKARTA, HARIAN DISWAY - Putri Presiden Gus Dur Yenny Wahid mengeluarkan pernyataan sikap atas rekomendasi PSI. Dia diusulkan jadi cawapres mendampingi Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024 mendatang.

 

Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie mengatakan Yenny dipilih karena kualitas kepribadiannya. “Untuk calon presiden, PSI memilih Mbak Yenny Wahid,” ucap Grace, dalam konferensi pers, Senin, 3 Oktober 2022 lalu.

 

Yenny dipilih karena konsisten melanjutkan perjuangan ayahnyi dalam mewujudkan Indonesia yang adil dan toleran. 

 

Sedangkan nama Ganjar dipilih melalui forum rembuk Rakyat PSI sejak Februari 2022 lalu.

 

Kepada semua warga sebangsa dan senegara; saya menerima amanah ini. Sebelumnya, saya cukup terkejut mendengar pengumuman PSI yang telah mencalonkan saya untuk mendampingi mas Ganjar. Sama sekali tidak saya duga. Namun, saya tetap berterima kasih atas amanah yang diberikan tersebut.

 

Kalau kata orang Jawa, ra rumongso namung nrimo ing pandum. Artinya, tidak pernah menyangka, namun harus ikhlas dalam menerima amanah pengabdian.

 

Sebelum saya bicara lebih lanjut, perkenankan saya untuk sekali lagi mengucapkan duka cita terhadap Tragedi Kanjuruhan akhir pekan lalu. Doa dan hati saya persembahkan kepada para korban yang harus menghembuskan nafas terakhir secara tragis. Inilah kenapa saya baru berbicara sekarang tentang pencalonan saya sebagai cawapres. Karena, ketika diumumkan, saya masih berduka untuk mereka yang menjadi korban di Tragedi Kanjuruhan.

 

Dalam waktu ke depan, Indonesia mengalami sejumlah tantangan yang tidak mudah. Mulai dari bahaya ekstremisme dan kekerasan yang biasa menyertainya hingga gejolak ekonomi yang membuat makin susah peri kehidupan rakyat Indonesia kebanyakan.

 

Di sinilah, saya kemudian menerima pencalonan itu. Karena, ada kesamaan visi yang kebetulan sama dengan nilai-nilai yang sejak lama diperjuangkan oleh almarhum Gus Dur. Pluralisme, toleransi, dan anti kekerasan. Sesuatu yang dalam beberapa tahun terakhir diam-diam memecah Indonesia dari dalam. Yang diam-diam mengancam kebhinekaan.

 

Selain itu, saya juga percaya bahwa negara harus lebih hadir lagi untuk membantu rakyat Indonesia. Terutama di masa-masa sulit yang diramalkan akan datang. Negara harus hadir membantu rakyatnya di saat-saat menentukan –ketika pondasi berbangsa terancam, ketika ekonomi kita berada pada ancaman resesi, dan terutama ketika rakyat mulai pesimistis untuk bisa hidup dengan layak.

 

Hari ini, kita melihat bahwa kondisi ekonomi membuat kita bekerja lebih keras untuk hasil yang lebih sedikit, ketika rakyat mendapati bahwa uang mereka mulai kehilangan nilainya, dan biaya-biaya kesehatan dan pendidikan yang semakin tak terjangkau. Saya percaya bahwa akses terhadap pendidikan dan akses terhadap kesehatan harus bisa dijangkau oleh mayoritas rakyat Indonesia. Saya percaya bahwa potensi bangsa ini sangat besar untuk mewujudkan kemakmuran bagi rakyat itu sendiri.

 

Indonesia, kita tak bisa lagi berbalik. Tidak dengan masih banyaknya PR yang harus diselesaikan. Tidak dengan semakin tak terjangkaunya akses pendidikan bagi anak-anak kita. Tidak dengan semakin mahalnya akses kesehatan. Tidak dengan rakyat yang mulai khawatir untuk tidak bisa hidup layak.

 

Saya percaya bahwa Negara harus lebih hadir untuk membantu rakyatnya untuk mencapai cita-citanya. Negara harus lebih hadir membantu rakyat mencapai impiannya.

 

Terima kasih, dan Allah memberikan berkah kepada kita semua. Semoga Allah memberi berkah kepada Indonesia.

 

Putri kedua Gus Dur itu memiliki nama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh. Tokoh perempuan Nahdlatul Ulama (NU) itu  lahir di Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 1974.

 

Yenny menamatkan pendidikan S1 di Universitas Trisakti Jakarta. Sementara, gelar master administrasi publik Yenny peroleh dari Harvard Kennedy School, Amerika Serikat. 

 

Dia pernah ditunjuk sebagai staf khusus bidang komunikasi politik di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2006. Satu tahun setelahnya, dia mengundurkan diri. (*)

Kategori :