ITALIA, HARIAN DISWAY - Di Burano, saya menghabiskan sepanjang siang sampai sore yang luar biasa indah dengan santap siang Burano seafood dan calamary yang terkenal itu. Tentu saja memotret pesonanya.
Pulau Burano, di Laguna Venesia, sangat dekat dengan Kota Venesia. Hanya berjarak kurang dari 9 km. Kita bisa menempuhnya dengan waterbus nomor 12. Dari anjungan Fondamente Nove, di Venesia. Tiketnya murah, 9 euro saja sekali jalan. Terjadwal berangkat setiap 30 menit dengan on time.
Setibanya di sana, saya berkeliaran tanpa tujuan di bawah sinar matahari yang tak menyengat. Sebagai travelling photographer, tak lupa mengambil foto-foto sepanjang kanal dengan rumah warna-warninya yang menawan.
Asyiknya, ke segala arah di Burano terasa dekat. Tidak lebih dari satu kilometer saja ke mana pun. Saking kecilnya, jangan takut kesasar. Ke mana pun perginya, jalan utamanya ya di tepi kanal-kanal itu. Sebagai penanda, ada menara miring yang terlihat dari kanal.
CANTIK Burano memiliki menara lonceng miring yang mirip di Pisa. Bangunan ini merupakan tetenger yang bisa dilihat dengan mudah di mana-mana. Menara setinggi 53 meter ini sangat jelas kemiringan dari porosnya. Memesona, bukan. -D AGUNG KRISPRIMANDOYO-
Seperti Venesia, Burano terbelah oleh kanal. Ada tiga dengan jembatan terkenal yaitu Tre Ponti, Corte Comare, dan Terrenova. Namun tak seperti Venesia yang berlorong-lorong sempit gelap dan misterius, Burano punya pesona tersendiri.
Ada pedestrian yang nyaman di sepanjang kanal dengan rumah-rumah nelayan dua lantai berwarna-warni. Saya momotretnya saat cahaya matahari masuk dan berlangit biru bersinar.
UNIK Seorang warga Burano yang menjepit hasil cuciannya di tempat di depan jendela rumahnya di lantai dua. Estetika dalam menjemur baju di Burano ini rupanya menjadi seni tersendiri di balik keindahan yang terpampang. -D AGUNG KRISPRIMANDOYO-
Saat mengambil jalan-jalan samping, saya menjumpai ibu-ibu tua sedang beraktivitas menjemur pakaian. Juga bertemu sudut-sudut Burano yang tidak dikenal. Tampak pohon-pohon delima dan burung dara serta beberapa kucing melenggang.
Sebagai pulau kecil, tak heran jika tidak banyak penduduk di sana. Sekitar dua ribu orang saja. Bisa jadi kelak akan lebih banyak turis yang datang dibandingkan penduduk aslinya yang sebagian besar adalah nelayan.
PELANCONG Sekelompok wisatawan sedang sedang asyik berfoto untuk mengabadikan kunjungan mereka di Burano. Tampak latar belakang pemandangan rumah-rumah penuh warna yang indah. -D AGUNG KRISPRIMANDOYO-
Nah mereka inilah yang mengawali mengecat rumahnya. Semua warna ada. Merah, kuning, hijau, biru, hingga ungu. Mirip dengan wajah beberapa kampung pelangi di Indonesia yang latah diwarna-warni. Atau masyarakat kitalah yang terinspirasi Burano? Bisa jadi.
Tradisi mengecat warna-warni ini rupanya ada alasan. Maksudnya, memudahkan para nelayan menemukan jalan pulang terutama ketika kabut datang. Alasan lainnya, ya membantu mereka membedakan rumahnya sendiri dengan rumah tetangga.
Dengan cara itu, maka tiap sudut jadi berbeda dan mencolok. Tapi sangat fotogenik. Apalagi dengan keberadaan kanal dan kapal motor yang parkir di depannya.
IKONIK Tiap sudut Burano sangatlah fotogenik. Seperti yang satu ini. Ketika kanal dengan kapal yang parkir di depan rumah ini makin menambah suasana yang membuat siapa saja terkagum. -D AGUNG KRISPRIMANDOYO-
Yang saya salut, otoritas setempatlah yang mengatur perizinan tentang pengecatan ulang rumah mereka. Ditentukan apa warna-warna yang boleh digunakan.
Maka bisa dimengerti jika Burano menjadi kawasan industri wisata dengan daya tarik rumah warna-warni yang dipertahankan seperti adanya. Justru dengan aturan main yang tertata inilah, keindahan desa nelayan itu tetap terjaga.
Saat menatap dan mengintipnya di balik kamera, kiranya tak berlebihan bila ada yang menyebut Burano sebagai desa nelayan tercantik sedunia. (Oleh dan foto D Agung Krisprimandoyo; Travelling Photographer)
--