SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kompetisi KOCI Jatim 2022 memasuki tahap pemilihan finalis. Pembekalan bagi para semifinalis dilakukan secara offline dan online.
Salah satunya adalah pembelajaran bahasa Mandarin yang diampu oleh Vincent Andy, dosen Bahasa Mandarin dari Universitas Ma Chung.
Pada 14 Oktober 2022, pukul 17.00, panitia Koko-Cici (KOCI) Jatim 2022 menggelar pembekalan online bahasa Mandarin. Beberapa dari mereka tak memiliki kemampuan berbahasa Mandarin, atau hanya sedikit menguasainya.
Maka untuk menanamkan pengetahuan dasar berbahasa Mandarin, panitia KOCI Jatim 2022 mengundang Vincent Andy. "Jadi KOCI Jatim ini kan dalam rangka pemilihan duta budaya Tionghoa. Paling tidak kemampuan berbahasa Mandarin jadi salah satu penilaian para juri," ujar Steffi Alyssandrea, salah satu panitia.
Pembekalan itu dilakukan via zoom. Sebelum dimulai, sebanyak 14 koko dan 16 cici semifinalis diminta berdiri tegak untuk menunjukkan pakaian yang dikenakan di depan kamera. "Meskipun secara online, tapi para semifinalis harus tetap tampil sopan dan rapi," ungkap Piniela Sutandy, salah satu panitia yang juga Cici Jatim 2021.
Bila tak rapi atau cenderung menyepelekan, tentu memengaruhi penilaian.
Langkah pertama, Vincent mengajarkan pinyin atau fonetik Tiongkok dan bahasa Mandarin Hanzi. "Bahasa Mandarin Hanzi menjadi bahasa nasional di Tiongkok, karena sebagian besar suku di sana adalah suku Han. Han adalah suku. Sedangkan zi berarti karakter. Hanzi merupakan karakter bahasa Suku Han," terangnya.
Kemudian, dosen asli Kota Malang itu mepaparkan pengetahuan tentang huruf Yunmu atau huruf vokal, konsonan atau Shengmu dan tone atau dialek atau penekanan dalam berbicara. "Tone disebut Shengdiao. Kalau dalam Bahasa Indonesia, tak ada huruf tone atau penekanan. Kalau dalam Bahasa Mandarin ada," ungkapnya.
Vincent, yang dipanggil Lao Tzi atau guru, mengajak para semifinalis Koci untuk mengeja kata demi kata. Termasuk cara membaca huruf vokal maupun konsonan.
Membaca huruf B, misalnya, tak seperti cara membaca huruf tersebut dalam bahasa Indonesia. "B, bukan dibaca be. Tapi dibaca po. Kalau huruf P, dibaca puo," ujar alumni Guangxi Normal University, Tiongkok itu.
Puo dibaca dengan P tipis. Sehingga nyaris terdengar seperti huo dengan U sedikit panjang.
Untuk tone atau Shengdiao, terdapat beberapa penekanan dalam membaca. Salah dalam tone, maka artinya bisa berbeda.
Seperti cara membaca "ma" atau ibu dalam Bahasa Indonesia. Ma jika dibaca datar, artinya ibu. Jika dibaca dengan ujung nadanya meninggi, artinya kuda. Namun jika dibaca dengan aksen: ma'a, artinya adalah tanaman berserat.
Pengetahuan Bahasa Mandarin sangat penting untuk dikuasai para finalis Koci. Sebab materi itu adalah nilai tambah bagi penilaian. "Setelah acara ini kami akan melakukan pembekalan-pembekalan lagi. Sampai akhirnya benar-benar terpilih koko dan cici yang memiliki kompetensi," pungkas Steffi. (Guruh Dimas Nugraha)