DI MANA-MANA banyak yang mengeluhkan "betapa sulitnya menjadi orang baik" (好人难当 hǎo rén nán dāng). Atau, menggunakan pepatah dalam Guanchang Xianxing ji (官場現形記), novel era dinasti Qing, "善门难开" (shàn mén nán kāi): pintu kebaikan sulit dibuka. Inilah yang juga disadari dan disayangkan Ardy Susanto, ketua umum Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI).
Walau demikian, Ardy tak ingin berhenti berbuat baik. Salah satunya lewat organisasi yang kini ia jadi ketumnya tersebut. Baginya, IPTI harus bisa menjadi rumah bersama untuk menyebarkan kebaikan –kepada siapapun dan dengan jalan apapun.
Karena pemilihan umum sudah dekat, Ardy mengajak kita, terutama etnis Tionghoa, untuk terlibat aktif menyukseskan pesta demokrasi. Sebab, menurutnya, itu termasuk cara bersumbangsih untuk kemaslahatan nusa dan bangsa. Nasib masyarakat Indonesia ke depan, ditentukan oleh tepat atau tidaknya kita memilih pemimpin 2024 nanti.
Makanya, ia mengajak untuk tidak golput –karena tidak akan menyelesaikan masalah. Yang mesti dilakukan, kata Ardy, adalah memastikan pemimpin yang kita pilih bisa menjamin keamanan dan kepastian hukum semua warga negara tanpa terkecuali.
Ardy mengaku senang melihat mulai banyak muda-mudi Tionghoa yang melek atau bahkan terjun langsung ke politik dengan masuk parpol lalu menjadi caleg. Namun, yang tak kalah penting, bagaimana menjadikan politik sebagai wahana untuk memberikan sebanyak dan seluas mungkin manfaat bagi sesama.
Bersama kita bisa. (*)