JAKARTA, SURABAYA - Lewat original series berjudul Dapur Napi, kreator Gina S Noer ingin bicara tentang bagaimana susahnya mantan napi kembali ke masyarakat. Bisakah semudah menyantap makanan enak?
Tak mudah menjadi mantan napi. Maka lewat Dapur Napi sebuah original series terbaru yang dibuat Vidio bersama Wahana Kreator, kreator muda Gina S Noer bekerja sama dengan Amelya Oktavia ingin menggambarkan perjalanan mantan napi yang hendak melanjutkan hidupnya.
Ditunjuklah dua sutradara muda yaitu Rein Maychaelson dan Adis Kayl. Keduanya mengarahkan series yang sudah tayang mulai 10 November kemarin. Berjumlah 8 episode, episode pertama dan kedua dapat penonton saksikan secara gratis di platform Vidio.
Dibintangi oleh Clara Bernadeth, Asmara Abigail, Poppy Sovia, Shenina Cinnamon dan Andri Mashadi, Dapur Napi bercerita tentang Laila, mantan napi yang hendak kembali melanjutkan hidup dengan membuka restoran. Namun sayang, Laila mendapat penolakan dari pihak keluarga korban Laila, dan masyarakat sekitar.
Apakah ada kesempatan kedua bagi Laila? Itulah yang akan dikulik Dapur Napi. Hal itu, menurut Gina sesuai dengan alasan mengapa Dapur Napi dibuat. Idenya didapat Gina setelah dia menonton liputan mendalam tentang program deradikalisasi untuk mengembalikan mantan teroris ke masyarakat.
”Ada yang soal minta maaf ke keluarga, susahnya diterima kembali, dan salah satunya ada restoran di Solo yang pekerjanya adalah mantan teroris. Karena saya tidak paham soal terorisme, saya reflect ke perjalanan saya sebagai perempuan. Setelah ngobrol dengan Amelya Oktavia (Ame), jadinya punya ide tentang Dapur Napi,” katanya.
Analoginya sederhana. Makanan itu dibutuhkan. Bisa jadi favorit, kadang kita tidak perlu tahu siapa yang bikin. ”Dengan cerita ini kami bermain dengan ide, apakah masyarakat bisa menerima mantan napi semudah mereka menerima makanan enak?,” kata Gina.
Senada dengan Gina, Amelya menambahkan bahwa salah satu yang membuat ide ini muncul adalah ketika mereka mendengar cerita di sebuah diskusi publik tentang bagaimana tersangka terorisme yang berusaha untuk kembali ke masyarakat.
”Salah satu ceritanya ada yang buka restoran. Kemudian yang menarik, ketika membuka restoran, mereka jadi banyak berinteraksi langsung dengan pembeli yaitu masyarakat umum dan perlahan membangkitkan kembali rasa kepercayaan masyarakat ke mereka. Begitu juga sebaliknya, dampaknya positif,” katanya.
Sementara Rein mengatakan bahwa series ini mengeksplorasi tema kesempatan kedua, kehilangan, persahabatan, dan berdamai dengan masa lalu.
Sedangkan Adis mengatakan bahwa series ini mewakili perempuan mantan napi yang menginginkan kesempatan kedua ketika kembali ke tengah masyarakat.
”Sebagai masyarakat indonesia mungkin di sekitar kita pernah mengalami dan merasakan keberadaan sosok perempuan mantan napi. Jika selama ini kita tidak pernah bersikap objektif dan adil dalam menilai mereka, mungkin series ini bisa mengetuk para hati untuk menerima mereka di lingkungan sekitar dan memberikan kesempatan kedua. Itu pesan moral yang mungkin bisa dipetik dari series ini,” katanya.
Lewat series ini, penonton juga bisa melihat point of view mantan napi dari sisi lain. ”Tidak hanya mengulik tentang itu, tapi pelajaran tentang kehidupan yang mereka dapat dipenjara menjadikan tokoh atau karakter di series ini memiliki keunikan masing-masing bisa nantinya bisa membuat kita mencintai tokoh ini sampai akhir series ini," katanya. (het)