HADIR dalam sidang paripurna Majelis Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (MSA PTNBH), ada banyak hal menarik yang bisa disimak. Sidang MSA PTNBH ini bertema Rekognisi Internasional Perguruan Tinggi Indonesia melalui Peningkatan Ranking QS. Perhelatan diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, 11-12 November 2022 dan dihadiri 100 guru besar dari anggota senat 16 PTNBH yang ada di Indonesia. Penulis hadir sebagai salah satu anggota senat akademik Universitas Airlangga.
Sebagai pembicara kunci, Prof Ir Nizam MSc PhD Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendibukristek, mengingatkan semua PTNBH agar tidak berpuas diri dengan berbagai kemajuan ranking internasional yang berhasil mereka raih.
Berdasar publikasi di laman resmi QS WUR pada 2023, Indonesia punya 16 perguruan tinggi yang masuk dalam daftar. Rinciannya, 13 merupakan perguruan tinggi negeri. Sisanya perguruan tinggi swasta. Khusus untuk 5 PTN yang masuk jajaran 500 besar terbaik dunia adalah UGM, ITB, UI, Unair dan IPB.
Urutan pertama PTN yang menduduki peringkat terbaik di Indonesia adalah UGM dengan nilai keseluruhan 40,2/100. Secara global, Kampus Kerakyatan itu menduduki posisi 231 terbaik dari 1.400-an perguruan tinggi yang ikut dinilai.
Ranking kedua adalah ITB yang berhasil mengumpulkan nilai total 39,5/100. Di tataran global, ITB berada di peringkat 248 terbaik perguruan tinggi dunia.
Ketiga adalah UI dengan peringkat 248 global. Nilai akhir yang dikumpulkan kampus dengan jaket almamater kuning itu adalah 38,7/100.
Peringkat keempat perguruan tinggi terbaik di Indonesia ditempati oleh Universitas Airlangga. Dengan nilai 29,9/100, perguruan tinggi negeri di Surabaya, Jawa Timur, tersebut berada di posisi 369 dunia.
Sedangkan peringkat kelima adalah IPB. Nilai yang berhasil dikumpulkan IPB adalah 26,2/100 dan posisi di tingkat global IPB adalah 449.
Faktor Penyebab
Kenaikan ranking itu tentu patut disambut gembira. Masuk dalam jajaran 500 PT terbaik dunia tentu bukan hal yang mudah. Perlu kerja keras agar PTN bisa naik kelas dan masuk ke dalam 500 universitas besar dunia.
Namun, bagaimana dan apa yang perlu dikembangkan ke depan agar PTN-PTN lain di Indonesia bisa menembus ranking terbaik dunia secara masif? Itulah yang didiskusikan dalam sidang paripurna tersebut.
Meski sudah ada lima PTNBH yang berhasil masuk 500 besar PT dunia, tetapi di balik prestasi peningkatan ranking PTNBH yang membanggakan itu, ternyata ada banyak hal yang perlu dibenahi. Dari hasil sidang yang digelar, secara garis besar ada dua faktor yang perlu digarisbawahi dan menjadi fokus penanganan perbaikan kualitas dan reputasi PTNBH ke depan.
Pertama, kualitas karya publikasi dan sitasi para akademisi di Indonesia masih tergolong rendah, bahkan terendah di ASEAN. Secara kuantitas, jumlah artikel ilmiah karya anak bangsa yang dipublikasikan di jurnal internasional meningkat luar biasa. Itu harus diakui. Menurut data Scientific Journal Rankings (SJR), Indonesia menempati posisi ke-54 dalam hal publikasi internasional di Asia Tenggara pada 2013. Tetapi, pada 2020 posisi Indonesia melejit pada urutan ke-21. Ini adalah prestasi yang luar biasa.
Negara-negara yang sebelumnya moncer dengan karya publikasinya justru dilaporkan turun peringkatnya. Padahal, Indonesia bertahan, bahkan naik.
Malaysia turun dari posisi 23 ke 24. Demikian pula dengan Singapura, dari posisi 31 turun peringkat menjadi 37. Thailand turun ke posisi 41 dari sebelumnya ranking 40.