AGUSTUS 2019, Luis Enrique mengumumkan kematian putrinya yang berusia 9 tahun setelah lima bulan berjuang melawan kanker.
Itulah awal Enrique dan istrinya, Elena Cullell, memulai pertarungan terberat dalam hidup. ”Putri kami, Xana, meninggal dunia sore ini pada usia 9 tahun. Ia berjuang selama lima bulan yang intens melawan osteosarcoma,” ucap mantan manajer Barcelona itu di media sosial pada Agustus 2019.
”Kami sangat merindukanmu. Kami akan mengingatmu setiap hari dalam hidup kami dengan harapan di masa depan kita bertemu lagi. Kau adalah bintang terang yang membimbing keluarga ini,” lanjutnya.
Enrique mulai bertugas sebagai pelatih kepala Spanyol pada Juni 2019. Di sela-sela itu, ia menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya dengan Xana. Kematian sang putri terjadi hanya dua bulan kemudian. Roberto Moreno lantas mengambil alih sementara posisi Enrique sebagai pengganti. Spanyol lolos ke Euro 2020.
Kembali pada November 2019, Enrique hanya punya sedikit waktu untuk itu. Ia terpaksa berpisah dengan Moreno. Maka, dimulailah jalan Enrique –dan Spanyol– ke Qatar.
Dua hasil terakhir Spanyol di bawah Moreno membuat mereka mengalahkan Malta dengan tujuh gol dan Rumania dengan lima gol. Enrique menerima sisi belakang dalam kondisi yang wajar, tetapi masih ada keraguan soal kesiapan mereka di turnamen besar.
Tahun 2014 dan 2018 melukai banyak dari mereka yang memiliki kedekatan dengan tim sepak bola nasional negara itu. Ingat, Spanyol melakukannya dengan sangat baik antara 2008 dan 2012 di bawah awalnya Luis Aragones, kemudian Vincente del Bosque.
Luis Enrique benar-benar membenahi skuadnya habis-habisan.
Pembenahan skuad menurut citranya sendiri. Ia menjatuhkan bintang-bintang yang sebelumnya sudah mapan seperti David de Gea, Thiago Alcantara, dan Sergio Ramos untuk Piala Dunia Qatar, misalnya, telah memberinya posisi kekuatan yang sangat penting dalam sepak bola internasional. Toh, Gareth Southgate sudah berhasil melakukan langkah serupa di skuad Inggris.
Enrique, karena Covid-19, terpaksa menunggu bagian terbaik dari tahunnya untuk kembali ke ruang istirahat. Itu akhirnya datang pada September 2020, dengan timnya bermain imbang 1-1 saat melawan Jerman.
Kekalahan dari Ukraina empat pertandingan kemudian adalah yang terakhir selama 11 bulan. Usai laga khusus di Kiev itu, Enrique membela De Gea setelah kesalahan kiper Manchester United menjadi penentu kekalahan mereka. ”Menyalahkan De Gea itu obsesi. Tanggung jawab untuk setiap gol milik seluruh tim. Kami perlu meningkatkan dan menciptakan lebih banyak peluang mencetak gol,” kata Enrique.
Kutipan itu mungkin tampak tidak berbahaya. Pelatih membela pemain. Namun, kutipan tersebut berbicara pada level yang lebih dalam tentang tipe pria seperti apa Enrique. Ia tipe pria yang menempatkan pemainnya di atas diri sendiri.
Para pemainnya bereaksi cepat. Kebutuhan untuk menyelesaikan pertandingan karena gangguan Covid membuat semua anggota tim berkonsentrasi penuh. Tiga hasil imbang menyusul sebelum mereka bekerja keras dan mengalahkan Jerman 6-0. Dalam pembaharuan salah satu rivalitas internasional modern yang hebat –Spanyol mengalahkan Jerman di final Euro 2008 dan menyingkirkan mereka dari Piala Dunia 2010– mereka akan bertemu lagi di Qatar.
Pencetak gol melawan Jerman termasuk Ferran Torres dan Mikel Oyarzabal, dua penyerang yang menjadi pemain penting di bawah Enrique. Serangan dibentuk kembali di sekitar keduanya, selain Alvaro Morata yang juga ikut ke Qatar.