Dengan begitu, Jokowi pun bisa menjadi salah satu king maker dalam kontestasi politik ke depan. Meski perlu dihitung lagi kekuatannya. Mengingat setahun lagi masa jabatannya sudah habis.
Tentu saja, kata Verdy, Jokowi tak akan memberi dukungan langsung saat ini. Misalnya, dengan menyebut nama-nama yang didukung. Tujuannya, agar ”permainan” tidak langsung selesai. Bisa diulur sesuai dengan ritme yang diharapkan.
”Ini kan ujung permainannya juga masih jauh. Maka beliau gak akan to-the-point. Sekarang sedang memainkan bandul politik,” jelas calon doktor ilmu komunikasi Universitas Indonesia itu.
Estafet kepemimpinan nasional masih panjang. Konsolidasi politik pun butuh ongkos yang cukup tinggi. Maka bandul politik itulah yang bisa dijadikan salah satu strategi. Yakni untuk merancang konsolidasi dengan kepentingan yang lebih besar.
Strategi itu yang tak dimiliki Nasdem saat mengusung Anies Baswedan. Menurut Verdy, deklarasi itu dinilai terlalu cepat. Sementara, Jokowi dengan ungkapan kode itu bisa menjaga dirinya menjadi center of interest. Sehingga tetap bisa mengendalikan gelombang.
”Kode itu sebetulnya juga komunikasi politik inklusif,” sambung dosen ilmu komunikasi Uhamka Jakarta itu. Yakni seolah-olah merangkul semuanya. Namun, sebenarnya Jokowi sudah punya pilihan calon penggantinya.
Perspektif kedua, ungkapan kode Jokowi itu bisa dinilai sebagai kepentingan soft landing. Baik sebagai presiden maupun kader partai. Jokowi ingin memungkasi masa jabatannya dengan mulus. Maka harus berhati-hati untuk memilih figur pengganti.
Sebab, jika regenerasi gagal maka Jokowi tidak akan sampai pada “punchline” politiknya. Dua perspektif itulah yang digunakan untuk memastikan dirinya selamat dari ranjau politik. Tentu agar tak dimanuver oleh kepentingan politik lain.
Misalnya, terkait isu polarisasi dan disintegrasi. Keduanya masih menguat hingga sekarang. Padahal, nyaris 10 tahun lalu. “Karena sekarang masih belum stabil. Yang terakhir, misalnya, terkait isu ijazah palsu Jokowi,” tandasnya.
Namun, bagaimanapun, sosok di balik kode Jokowi itu akan terungkap dalam waktu dekat. Kartu itu akan terbuka. Namun, ”permainan” tersebut memang sengaja dibikin dramatis. Agar publik tergiring ke kepastian pilihannya.
Termasuk para relawan. Akan terus dikompori untuk memeriahkan kontestasi. Sebab, kata Verdy, tanpa kehadiran mereka, politik akan terasa elitis dan formal. Para relawan itulah yang akan digerakkan untuk mendorong parpol agar mengusung sosok yang disepakati oleh publik. (Mohamad Nur Khotib)