MARANELLO, HARIAN DISWAY - Kisah romansa Mattia Binotto dengan tim merah asal Italia, Ferrari telah usai. Ia secara resmi meninggalkan posisinya sebagai tim principal kuda jingkrak di akhir tahun 2022.
Meski begitu, pengabdian selama lebih dari 25 tahun bersama Ferrari tak akan pernah dilupakan oleh tifosi, mengingat perjalanan karirnya yang luar biasa.
Petualangan pria asal Italia itu tidak jauh-jauh dari tim yang bermarkas di Maranello. Setelah lulus sebagai mahasiswa teknik mesin di tahun 1994, ia melanjutkan studinya di magister teknik otomotif di DIEF (Departemen Teknik Enzo Ferrari) di Unviersitas Modena dan Reggio Emilia.
Binotto muda kemudian menjajal peruntungannya di Ferrari sebagai teknisi mesin bagian tim pengujian setahun kemudian. Dua musim setelahnya, ia resmi menjadi engineer di Formula Satu (F1).
Selama periode 1997 hingga 2003, Binotto menjadi bagian dari kesuksesan era Schumacher, saat Luca di Montezemolo menjadi CEO didampingi Jean Todt sebagai Tim Principal.
Karirnya beranjak naik pada 2004, ketika diangkat menjadi kepala departemen mesin. Mengurusi bagian sisi trek untuk tim balapan. Binotto juga bertanggung jawab di departemen Operasi Unit Daya di tahun 2007.
Perlahan namun pasti, kontribusinya di Ferrari membuat posisinya naik terus-menerus. Tahun 2013, ia diangkat sebagai Wakil Kepala Mesin dan Elektronik. Tak lama setelahnya ia promosi menjadi Chief Operating Office bagian Unit Daya.
Tak berhenti di situ, kemampuannya benar-benar teruji kala Binotto dipercaya menjadi Technical Director pada Juli 2016 lalu menggantikan James Allison. Dua tahun menjabat, tangan dinginnya berhasil membuat Ferrari kembali berada di garis kemenangan di setiap balapannya.
Berkat itu pula ia kembali dipercaya untuk berada di posisi tertinggi Tim Principal di tahun 2019, menggeser suksesornya, yakni Maurizio Arrivabene. Di posisi inilah Binotto melangkah ke kursi panas. Ia mendapatkan tekanan untuk mengembalikan kejayaan setelah puasa gelar di tahun 2008, termasuk kegagalan juara di tahun 2018.
Kemenangan di paruh musim pertama tahun 2017 dan 2018 tidak terjadi di kepengurusan Binotto, meskipun kedua pembalapnya Leclerc dan Vettel menunjukkan potensinya saat mobil SF90 bertandang di Bahrain. Hasil itu membuat mereka konsiten naik podium sekaligus memastikan hasil liburan musim panas terbaik kedua pasca era hybrid Mercedes.
Janji manis Ferrari yang dibuktikan kemenangan ganda Leclerc di Spa dan kandang Ferrari di Monza membuat impian tifosi semakin liar. Sebelum muncul pernyataan tim yang lebih spektakuler, meraih hasil posisi satu-dua pertama kali sejak GP Singapura dua tahun lalu.
Tahun 2019 banyak hal positif yang dapat diambil dari kepemimpinan tahun pertama Binotto sebagai tim principal. Meskipun hal itu sedikit tercoreng oleh tidak adanya kemenangan di sisa balapan terakhir. Termasuk pertarungan dramatis Leclerc-Vettel di Brazil yang perlu ditangani dengan segera.
Berbekal musim yang cukup solid di tahun pertama, Binotto menghadapi ujian pertamanya di tahun 2020. Baik di dalam maupun luar lintasan. Sebelum dimulainya balapan karena pandemi covid-19, telah berhembus rumor seputar susunan pembalap tim. Termasuk posisi pembalap petahana Vettel bersama dengan wonderkid baru, Leclerc.
Di awal jabatannya bersama Ferrari, Binotto memuji segudang pengalaman pembalap asal Jerman itu tentang perlakuan istimewanya. Namun pernyataan tim principal Ferrari itu kemudian mengalami perubahan setahun kemudian.
“Saat ini Charles mengalami perkembangan signifikan bersama kami. Mereka berdua berada di level yang sama, mereka dapat bertarung menjadi yang terdepan. Jadi biarkan saja mereka balapan,” kata Binotto saat ditanya tentang pembalap utama Ferrari di musim 2020.
Beberapa bulan pasca komentar itu keluar dari mulut Binotto, Vettel dan Ferrari secara resmi berpisah di akhir musim 2020. “Ini adalah keputusan yang diambil bersama kami dan Sebastian, yang menurut kedua belah pihak adalah keputusan terbaik. Itu tidak mudah memang, mengingat Sebastian selalu menjadi pembalap dan pribadi yang luar biasa,” tegasnya kala itu.
Berpisah dengan kampiun empat kali itu, Binotto kemudian menunjuk Carlos Sainz sebagai suksesor Vettel. Menandatangani kontrak pembalap muda asal Spanyol itu akan membuat Ferrari semakin jauh dari jalur kemenangan reguler. Ditambah dengan permasalahan FIA yang menginvestigasi power unit mereka.
Apalagi dengan keluarnya Binotto dari ruang teknis engineer. Hal itu menambah lubang di mobil SF1000 dengan hasil yang dibawah standar. Terbukti di musim 2020 menjadii musim terburuk mereka dalam 40 tahun terakhir, termasuk kemerosotan mereka berada di urutan keenam klasemen konstruktor.
Tahun berikutnya, Binotto mulai berbenah. Meraih posisi ketiga klasemen pembalap diikuti lima kali podium merefleksikan keseriusan Ferrari. Namun mereka tidak ambil pasang target tinggi.
Binotto mengalihkan fokusnya untuk mendevelop mobil sesuai dengan regulasi baru musim 2022. Saat rivalnya, Red Bull kesulitan menghadapi perubahan itu, Ferrari tancap gas mengembangkan mobilnya dengan berbagai cara tanpa memikirkan konsekuensi yang didapatkan di musim itu.
Musim ini Ferrari terlihat beringas dan menjanjikan di balapan awal. Meraih kemenangan satu-dua di Bahrain, sekaligus podium ganda di Arab Saudi. Kemenangan kedua Leclerc di Australia menambah rasa senang dan harapan tifosi.
Tetapi, lagi-lagi Ferrari tetaplah Ferrari yang tidak pernah mengambil pelajaran atas kesalahannya. Masalah strategi, pengemudi, bahkan di bagian engine membuat rival utama mereka, Red Bull mengambil alih posisi pertama klasemen pembalap dan konstruktor. Mereka pun memperoleh kedua gelar itu di akhir musim sekaligus memupus janji Ferrari merebut trofi.
Menjelang balapan akhir di GP Abu Dhabi, Ferrari berhasil mengamankan diri di posisi pembalap klasemen kedua setelah berhasil mempertahankan diri dari serangan Mercedes dan Red Bull. Hari itu pula, banyak laporan menyebutkan hasil Abu Dhabi menentukan masa depannya sebagai tim principal.
Pasca balapan terakhir, mulai banyak berhembus rumor akan kepindahannya dari kursi tim principal, sampai-sampai membuat Ferrari mengeluarkan pernyataan membantah rumor tersebut.
Namun rumor itu ternyata benar-benar terjadi. beberapa minggu setelahnya, pada Selasa 29 November, Mattia Binotto resmi mengundurkan diri dari perannya. Dan akan meninggalkan Maranello di akhir tahun ini. posisinya kini digantikan oleh Fred Vasseur, Bos Sauber-Alfa Romeo musim depan. (Affan Fauzan)