Uniknya Misa Natal Santa Maria Bunda Allah Semarang, Baju Adat Nusantara hingga Gunungan

Rabu 28-12-2022,15:25 WIB
Reporter : Fidelis Daniel
Editor : Salman Muhiddin

SEMARANG, HARIAN DISWAY - Lagu natal dalam Bahasa Sunda menggema di Gereja Santa Maria Bunda Allah Semarang, Minggu, 25 Desember 2022. Misa kali ini bukan lagi tentang  sinterklas atau kado natal.

Umat yang hadir waktu itu memakai busana adat dari berbagai daerah di Indonesia. Ada yang pakai kebaya Jawa, baju adat Padang, baju tradisional Bali, baju adat khas Manggarai Nusa Tenggara Timurm hingga baju tradisional Mandarin. 

Nuansa Nusantara itu sangat terasa pada misa keempat pada pukul 10.00 WIB. Jemaatnya khusus lansia.

Dekorasi kali ini khas natal seperti pada umumnya. Pada sebelah kanan altar terdapat goa Maria. Nampak patung Maria dan Yusuf sedang menggendong Yesus kecil di goa itu. 


Jemaat Gereja Santa Maria Bunda Allah Semarang berdoa dalam khidmat saat misa Natal 25 Desember 2022.-Fidelis Daniel/Harian Disway-

Lalu yang memimpin misa yaitu Romo Bondan Pujadi: 

Pada awal mula adalah Firman. Firman itu ada bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia, dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 

Itu kata-kata romo saat membacakan injil. "Misa natal keempat. Puji Tuhan masih kuat. Sama kayak lansia kok ceriwis. Lansia itu ceria, bijaksana," ucapnya saat homili. 

Untuk menyambut penetapan sebagai Paroki pada 4 Januari 2023 nanti, gereja membuat suatu pembeda di misa ini. Yakni persembahan gunungan dan misa dengan pakaian adat. 

Persembahan gunungan secara simbolik dilaksanakan saat kolekte. Empat orang menggunakan pakaian adat menggotong kacang, jagung, ubi atau telo , hingga pisang rebus yang dirangkai serupa gunung. 

"Baru ini gereja melakukan persembahan gunungan. Artinya seperti orang-orang tua. Mereka, kan dari desa. Jadi itu melambangkan keberadaan mereka di tempatnya," ucap Lukas, umat gereja Santa Maria Bunda Allah. 

Gereja ini sebenarnya gereja wilayah. Tepatnya berada di stasi Plamongan Indah Semarang. Namun karena umat kian hari semakin banyak, gereja diperlebar. Tak hanya sampai disitu, gereja sedang proses penetapan menjadi sebuah paroki. 

Setelah misa berakhir, gereja melaksanakan kegiatannya, yakni lansia fashion week . Sebuah terobosan yang unik. "Sudah saatnya gereja punya nuansa berbeda," ujar Herminarti Yohanna, umat Gereja Santa Maria Bunda Allah. 

Lansia fashion week mengusung tema adat. Satu persatu umat yang mengenakan busana adat berjalan di sekeliling tali rafia dan bergaya bak model kawakan.

Acaranya begitu cepat. Karena cuma jalan dan bergaya, tidak ada lomba atau penilaian. 


Jemaatn Gereja Santa Maria Bunda Allah Semarang berebut gunungan.-Fidelis Daniel/Harian Disway-

Setelah satu persatu umat sampai di garis akhir, semuanya berkumpul. Persembahan gunungan yang tadinya ada ditengah-tengah misa diperebutkan. Ada yang mendapat pisang rebus, ada yang mencabut kacang, hingga memperebutkan jagung rebus. 

Kegiatan ditutup dengan makan bersama. Dus-dus styrofoam makanan menunggu untuk mereka santap. Isinya lontong cap gomeh. 

Misa natal kali ini membuka perspektif baru tentang ragam cara misa. Bisa jadi di daerah-daerah lain punya kekhasannya masing-masing.

Sugeng natal. Berkah Dalem. (Fidelis Daniel) 



Kategori :