SURABAYA, HARIAN DISWAY- MEMBIARKAN anak bermain gawai tanpa pengawasan orang tua bisa berdampak buruk. Malah bisa sangat buruk. Seperti yang terjadi di Kabupaten Mojokerto. TA, perempuan berusia 6 tahun, menjadi korban persetubuhan teman-teman sepermainannya. Itu terjadi karena seorang temannya tersebut sering menonton film dewasa di HP ibunya.
—————
SIANG itu, Sabtu, 7 Januari 2023, seperti biasa, TA bermain bersama teman-temannyi. FI, HI, dan HS. ”Awalnya ada NN sama OD juga,” kata SW, ibu TA, memulai perbincangan dengan Harian Disway.
Layaknya bocah, mereka bermain dengan riang. Sesekali saling ejek hingga ikrar putus pertemanan. Entah apa yang ada di pikiran HI, tiba-tiba ia mengajak FI dan HS ke rumah tetangga yang sedang kosong. HI juga sempat memaksa NN untuk ikut. Namun, dihentikan oleh OD. NN dan OD akhirnya tidak ikut ke rumah kosong tersebut.
Tiga laki-laki berumur 8 tahun itu ikut menarik TA. TA yang umurnya lebih kecil tidak bisa menolak paksaan HI. Di rumah kosong itulah TA diduga digilir tiga teman sepermainannya.
Sebagai ibu, tentu hati SW pilu. Namun, ia berusaha tabah menceritakan apa yang dialami anaknyi. Di hari TA menerima perlakuan tidak senonoh itu, SW mendapati ada perilaku di luar kebiasaan anaknya.
”Pulang main, tiba-tiba TA melepas celana dalam dan langsung dilemparkan ke tempat baju kotor. Waktu itu saya langsung marah. Saya pikir dia pipis atau pup di celana,” ujar SW dengan nada tinggi menggambarkan suasana saat itu.
Belakangan baru diketahui SW bahwa putrinyi itu merasa tidak nyaman dengan celana dalamnyi. ”Itu basah. Gak tau itu kena sperma atau apa. Makanya, langsung dilepas,” ucapnya dengan nada menyesal karena tidak memahami aksi anaknya saat itu.
Tingkah tiga bocah laki-laki di luar nalar tersebut baru terungkap keesokan harinya. NN yang ketika itu menolak ajakan HI menceritakan hal tersebut kepada pengasuhnya.
Akhirnya pengasuh NN menyampaikan kepada nenek TA. Sontak nenek TA langsung mendatangi rumah HI, FI, dan HS satu per satu. Bukannya mendapatkan permintaan maaf, orang tua FI dan HS justru melemparkan kesalahan kepada HI.
Bahkan, kakek HI membela cucunya dan menantang nenek TA untuk melapor ke pihak berwajib. ”Laporkan aja. HI juga masih kecil, gak mungkin dihukum,” ucap SW menirukan perkataan kakek HI.
Di tengah obrolan, pandangan kami sejenak tertuju pada TA. Ya, saat kami bertemu SW dan suaminyi, TA juga ikut.
Gadis kecil berkerudung hitam itu tampak ceria. Ia sedang asyik bermain game di gadgetnyi. Tidak ada yang menyangka ia baru saja mengalami kekerasan seksual. SW sempat menawari kami untuk bertanya langsung kepada TA. ”Kalau mau, bisa tanya langsung atau ngobrol sama TA. Dia anaknya komunikatif kok,” kata SW yang juga mendapatkan persetujuan JJ, suaminyi.
Tawaran itu langsung kami tolak. Butuh keahlian khusus untuk mewawancarai anak-anak. Untuk menjaga psikisnyi.
”Sampai di mana tadi?” tanya SW melanjutkan perbincangan.