Wowon menyanggupi. Ia memerintah Duloh menjemput Aslem di Bandung untuk diantarkan pulang ke desa Aslem di Karawang. Duloh menurut.
Duloh: ”Saya jemput Aslem. Saya bawain tas dia. Kami naik angkot oper-oper, sampai Bekasi oper ke Karawang.”
Dalam perjalanan, Aslem ditelepon Wowon, diperintahkan agar Duloh jangan mengantar sampai ke rumah keluarga Aslem di Karawang. Cukup sampai di jalanan dekat rumah saja.
Aslem menurut. Kebetulan, Aslem sudah kontak keluarga dan akan dijemput adik ipar Aslem di ujung jalan desa.
Kira-kira, Wowon mikir, jika Duloh jumpa keluarga Aslem, bisa muncul kecurigaan macam-macam. Terutama soal uang Aslem sekitar Rp 300 juta yang sudah dihabiskan Wowon cs.
Perjalanan angkot Duloh dan Aslem tiba di ujung jalan Desa Kendaljaya, Karawang.
Duloh: ”Akhirnya nyampe ujung jalan desa. Aslem bilang ke saya: ’Pak, udah aja nyampe sini, karena sudah ada yang jemput adek saya berdua sama kakak ipar’. Kita turun, Pak. Cepetan, kata Ki Banyu (Wowon) nggak boleh ketemu sama adik saya’.”
Duloh turun angkot. Jalan kaki, mencari angkot yang balik arah. Di situ Duloh terharu melihat Aslem. Yang tak pernah protes. Sampai air mata Duloh meleleh.
Duloh: ”Di situ saya keluar air mata, lihat Aslem. Orang baik.” Serial killer mewek.
Maksudnya, baik, tidak pernah menanyakan uang Rp 300 juta yang sudah ditilap geng serial killer itu.
Setelah kasus tersebut terbongkar dan dimuat banyak media massa, Aslem tahu juga. Kepada wartawan, Aslem mengatakan, cuma sekitar tiga tahun pertama (sejak 2010) dirinyi rutin transfer ke rekening Dede. Setelah itu jarang-jarang. ”Tapi, total sekitar Rp 300 jutaan,” ujar Aslem.
Berdasar pemeriksaan polisi, uang Aslem yang masuk ke rekening Dede Rp 288 juta. Tapi, polisi masih mengusut lebih lanjut. Termasuk aliran uang dari para korban lain.
Dari kisah Aslem, terselip hikmah, target pembunuhan bisa tidak dibunuh jika berperilaku seperti itu. Aslem sendiri tidak tahu bahwa TKW lain dibunuh geng Wowon.
Walaupun kehilangan uang segitu, Aslem selamat dari kemungkinan pembunuhan. Padahal, dia sudah berada di dekat pembunuh sadis. Orang Jawa bilang: Untung masih hidup. (*)