Di satu sisi, Jokowi punya kepentingan untuk menunjuk secara terbuka calon ”putra mahkota”. Selain untuk seleksi loyalitas. Juga, memberikan arah bagi pendukungnya. Agar satu langkah. Posisi Jokowi memang unik. Ia bukan pejabat partai. Tapi, mempunyai pendukung fanatik yang sangat berpengaruh.
Lho, Jokowi juga kepala negara? Bukankah seharusnya berdiri netral. Berdiri di atas semua kelompok. Iya, seharusnya Jokowi menempatkan diri sebagai negarawan yang memberikan peluang yang sama kepada semua kandidat.
Cuma, kita pun harus paham. Di mana saat jadi politikus, di mana saat jadi negarawan. Tapi, yang pasti, selama jadi presiden, otomatis kepala negara. (*)