SIAPA sih sebenarnya yang didukung Jokowi? Prabowo Subianto? Ya. Ganjar Pranowo juga. Bahkan, Jokowi menyebut Yusril Ihza Mahendra.
Kalau kita hitung kuantitas dan pola komunikasinya, Prabowo Subianto yang paling sering. Paling tidak tiga kali. Terbaru, 6 Februari lalu, lewat rekaman video di acara Gerindra. Jokowi berkeyakinan, Prabowo akan mendapat elektabilitas tertinggi.
Sebelumnya, di acara Perindo, Jokowi pun secara terang menyebut Prabowo giliran jatah berikutnya. Sinyal tegas juga diucapkan saat acara Indo Defence Expo di Kemayoran.
Saat memberikan dukungan kepada Prabowo, Jokowi menyebut nama langsung. Beda dengan dukungan ke Ganjar, hanya semacam sinyal. Yang kemudian diterjemahkan publik.
Dukungan sinyal untuk Ganjar dua kali. Saat ketemu pendukungnya di Magelang pertengahan tahun lalu, Jokowi mengatakan, siapa tahu calon yang kita dukung berada di tengah kita. Publik pun mengaitkan dengan Ganjar yang hadir di acara itu.
Saat ketemu pendukung di Senayan, Jokowi memberikan teka-teki calon yang didukung: berambut putih. Opini pun langsung mengarah ke rambut putih gubernur Jawa Tengah itu.
Saat meng-endorse Yusril pun, Jokowi menyebut nama. Saat itu hadir di acara Partai Bulan Bintang (PBB), partainya Yusril, presiden asal Solo itu berjanji mendukung Yusril bila maju sebagai capres atau cawapres. Dengan mimik serius. Ia pun meminta PBB mencari dukungan 20 persen sebagai syarat.
Saking seriusnya Jokowi, sampai menyebut kata: ini serius! Bisakah itu disebut gimmick?
Nama lain yang didukung Jokowi adalah Sandiaga Uno, menteri pariwisata. Di acara Hipmi dua tahun lalu, Jokowi memberikan sinyal untuk mantan cawapres itu.
Jangan lupa juga Erick Thohir. Jokowi juga memberikan sinyal mendukung. Caranya, memberikan tugas khusus. Mereka menunjukkan kedekatan khusus, termasuk ditugaskan sebagai ketua panitia perkawinan Kaesang.
Puan? Jokowi belum pernah memberikan dukungan terbuka. Apakah karena harus menunggu suara Megawati. Atau mungkin pilihan Jokowi di antara nama yang pernah diberi isyarat.
Lantas, siapa yang bakal didukung Jokowi. Kalau bicara sebagai kader PDIP, Jokowi seharusnya ikut putusan partai. Putusan PDIP 100 persen hak prerogatif Megawati.
Tapi, realitasnya, Jokowi menebar janji dukungan ke banyak sosok. Bisa jadi, itu cara Jokowi mencari loyalis sebagai pengganti. Juga, menyeleksi pengganti yang bisa meneruskan warisannya. Terutama untuk melanjutkan megaproyek IKN dan berbagai infrastruktur lain.
Strategi sebar janji dukungan itu juga dilakukan SBY menjelang akhir jabatan kedua. Sejumlah orang dekatnya diberi dukungan untuk maju sebagai capres. Hanya, bedanya, SBY memberikan dukungan secara tertutup yang tidak diketahui publik. Beberapa peserta konvensi pun, kabarnya, diberi isyarat dukungan. Walaupun pada akhirnya Demokrat tidak mengajukan siapa pun sebagai capres.
Bedanya, Jokowi memberikan dukungam secara terbuka. Nama yang didukung pun ada yang disebut. Bisa jadi Prabowo yang akan didukung karena paling sering diberi isyarat dukungan. Tapi, itu belum juga bisa dikunci. Sebab, bisa jadi muncul nama lain lagi dari kantong Jokowi.