NEW DELHI, HARIAN DISWAY - Penggerebekan pasangan mesum saat Valentine terjadi di India. Kelompok yang mengklaim sebagai penganut Hindu membuat kekacauan dengan menggerebek toko-toko di India. Mereka juga menemukan para sepasang kekasih yang bermesraan di taman, lalu mengusirnya.
Kelompok garis keras Hindu pun juga membakar kartu ucapan serta hadiah di hari valentine. Mereka menganggap bahwa hari valentine itu mempresentasikan pergaulan bebas dan menghindar dari Sang Pencipta.
Kelompok politik garis keras di India bernama Shiv Sena dan Bajrang Dal mengatakan bahwa hari valentine sebenarnya membuka jalan untuk umat Hindu, lebih baik menggantinya menjadi hari memeluk sapi untuk kembali ke nilai-nilai Hindu.
Dewan Kesejahteraan Hewan di India menganjurkan untuk umat Hindu tidak merayakan hari valentine dan mengganti hari tersebut dengan perayaan Hari Pelukan Sapi.
Hal ini didasari untuk mempromosikan nilai-nilai agama Hindu agar jauh lebih baik dan dikenal oleh masyarakat luas. "Memeluk sapi akan membawa kekayaan emosional dan meningkatkan kebahagiaan individu dan kolektif,’’ tulis Dewan Kesejahteraan Hewan India, 8 Februari 2023.
Lalu apa makna sapi bagi umat Hindu? Sapi dianggap sebagai hewan yang suci, sangat dihormati dan dimuliakan di sana bahkan bagi umat Hindu menganggap sapi sebagai ibunya.
Hindu di India mencapai 80 persen. Atau 1,4 miliar jiwa. Sedangkan pemeluk Islam hanya sebanyak 14 persen penduduk. Sedangkan Kristen, Sikh, dan Budha hanya menyumbang 6 persen.
Ilustrasi bendera India.
Sebagain besar negara di bagian India telah melarang adanya praktik penyembelihan sapi. Maka dari itu, keluarlah imbauan dari Dewan Kesejahteraan Hewan meminta orang-orang keluar rumah untuk memeluk sapi, bukan malah merayakan hari valentine.
Namun ada pula yang kurang setuju dengan anjuran Dewan Kesejahteraan Hewan India. Ia adalah Nilanjan Mukhopadhyay seorang analis politik mengatakan bahwa pesan tersebut aneh.
“Benar-benar gila. Itu bertentangan dengan logika. Yang disayangkan adalah ini sekarang memiliki sanksi resmi. Ini menunjukkan penghapus satu garis lagi antara negara dan agama, yang sangat menyedihkan. Sekarang negara melakukan apa yang telah dikampanyekan oleh kelompok politik dan agama,” ujarnya.
Rupanya, ribut-ribut soal valentine tidak hanya di Indonesia. (*)