Nanang kemudian bercerita soal salah satu adegan di mana ada segerombolan muda-mudi berpakaian kebaratan, menari kebaratan diiringi lagu Ob-La-Di, Ob-La-Da milik The Beatles.
"Interpretasi bebas, tetapi adegan yang ditampilkan terinspirasi dari kisah nyata. Dahulu, Bung Karno sangat anti dengan pengaruh Barat sehingga ketika (adegan muda-mudi berpakaian serba kebaratan naik ke panggung) ia (karakter Pakde) mengatakan hentikan kau merampas tunas-tunas jati mudaku, hentikan kau merampas pemudi-pemudaku, tangkap!" tandas pria alumni ISI Solo dengan tegas dan penuh percaya diri.
Karakter Pakde yang merupakan manifestasi semangat nasionalisme Indonesia-Moch Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Kendati interpretasi setiap penonton bebas dan beragam, Nanang berpendapat bahwa tujuan dari drama musik Bangunlah Jiwanya adalah sebagai renungan soal kecintaan masyarakat Indonesia terhadap bangsanya.
"Muaranya, bahwa kamu (masyarakat Indonesia) harus mencitai negerimu. Sesimpel itu," imbuh pria kelahiran 1975 itu.
Nanang menambahkan, "Sepertinya mas Heri (Heri Lentho sang sutradara) mempertanyakan kadar kebangsaanmu seberapa (lewat drama musik Bangunlah Jiwanya)," lanjutnya
Ia berharap nasionalisme bisa tumbuh lewat musik. Dan drama Bangunlah Jiwanya adalah sebagian kecil dari upaya itu. (Radinka Daynara)