Selamatlah rakyatnya, selamatlah putranya, pulaunya, lautnya, semuanya.
Majulah Negerinya, majulah pandunya, untuk Indonesia Raya.
Refrain
Indonesia Raya, merdeka, merdeka.
Tanahku, negeriku yang kucinta.
Indonesia Raya, merdeka, merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia versi panjang itu jarang terdengar. Namun, di balik larik sajak yang tajam itu, terdapat makna yang begitu mendalam. Gara-gara musik, WR Supratman sampai ditangkap Belanda. Kompeni benar-benar memberangus semangat nasionalisme untuk melancarkan upaya kolonialisme mereka.
WR Supratman terlibat dalam pelaksanaan kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928. Untuk kali pertama, ia memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan iringan gesekan biola di depan seluruh peserta kongres Kongres Pemuda. Atau kini kita mengenalnya sebagai Sumpah Pemuda.
BACA JUGA:Jelang Lawan MU, Pelatih Real Betis Pellegrini Bahas Skor 7-0 Liverpool
BACA JUGA:Breaking News! Hakim Vonis Ringan Panpel Arema FC di Kasus Kanjuruhan
Para penonton pun berdiri dan ikut menyanyikan lagu kebangsaan rakyat Indonesia dengan khidmat. Sepanjang acara, mereka disuguhkan penampilan spektakuler gabungan dari orkestra, gamelan, tari, paduan suara, bahkan tarian modern.
Perpaduan tari dan musik tradisional gamelan asli Indonesia dibalut dengan orkestra modern menyuguhkan tak hanya tontonan yang menghibur, tetapi juga menyentuh rasa nasionalisme.
Namun, yang menjadi daya tarik tersendiri dari seluruh penampilan drama musik tersebut adalah tokoh mirip Presiden Soekarno. Pakaian serba putih dengan peci hitam. Namun di drama itu ia dipanggil pakde. Di akhir drama sosok itu menyerukan, "Indonesia Berseri, Indonesia Lestari."
Karakter Pakde (kiri) dan karakter Laura (kanan) dalam drama musik bertajuk Bangunlah Jiwanya-Erni Prasetyo-HARIAN DISWAY
Adalah Nanang Hape, seorang dalang yang menjadi sosok tersebut. Karakter yang diperankan ternyata adalah karakter pakde dari karakter Laura si anak perempuan berbalut gaun serba putih. Nanang menjelaskan, karakter Pakde bukanlah Soekarno tetapi sebuah manifestasi dari semangat nasionalisme itu sendiri.
Nilai-nilai soal kebangsaan yang diresahkan oleh generasi pendahulu terhadap generasi muda masa kini itulah yang secara tidak langsung ditampilkan dalam drama musik itu.