Cengbeng di Hongkong, Kirim Paspor untuk Arwah Leluhur

Rabu 05-04-2023,00:17 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Doan Widhiandono

Sudah sepatutnya para anak keturunan terus menunjukkan bakti untuk para leluhur. Dalam kebudayaan Tiongkok, salah satu momen bakti itu adalah para perayaan cengbeng . Ketika para keturunan menziarahi dan membersihkan makam. Sembari mengirimkan benda-benda terbaik untuk para leluhur.

 

APA yang dibutuhkan oleh para leluhur yang sudah ada di alam keabadian? Well , di masa seperti sekarang, saat tidak ada lagi pembatasan perjalanan, siapa tahu arwah leluhur perlu paspor.

 

Itulah yang terasa di Hong Kong. Yang akan menyambut ceng beng pada pekan pertama April ini. Toko-toko peralatan sembahyang laris. Pembeli penuh. Terutama mereka yang butuh aneka benda persembahan untuk para leluhur.

 

Benda-benda itu berbahan kertas. Yang kemudian dibakar. Yang dipercaya bahwa asapnya yang membubung akan membawa benda itu ke alam baka. Sehingga, benda tersebut akhirnya sampai di tangan para leluhur. Agar para arwah itu bisa tetap bahagia di kehidupan setelah kematian.

 

Nah, di antara benda yang laris itu, banyak yang unik. Misalnya, paket berisi dua paspor, izin bepergian, tiket kereta cepat, tiket kapal feri, kartu SIM 5G, hingga tiket tempat hiburan yang menyerupai Disney. Semuanya tentu imitasi. Enggak asli.

 

’’Beberapa orang memang memilih mempersembahkan benda asli. Ini terutama untuk buah dan daging,’’ kata Kenneth Mo Cheuk-kei, pemilik toko perlengkapan kematian di kawasan Yuen Long, yang diwawancarai South China Morning Post .

 


TO CHIN-SUNG, pemilik kedai Chun Shing Hong, menunjukkan yang akan dipersembahkan untuk arwah leluhur ketika perayaan cengbeng.-South China Morning Post-

 

Meski begitu, banyak juga makanan imitasi yang dijual di toko milik Cheuk-kei. Misalnya, lobster, makanan impor dari Tiongkok, burung dara, kepiting raja Alaska, hingga babi panggang, dan durian.

 

Menurut Jack Lai, pemilik toko di kawasan Tai Po, generasi muda kerap memilih benda persembahan yang unik. Termasuk paket perjalanan dan makanan mahal. Lai mengaku sudah menjual lebih dari 100 paket. Harganya cukup terjangkau. Satu paket ’’ seafood ’’ dibanderol 50 dolar Hong Kong. Atau sekitar Rp 95 ribu.

 

’’Tapi, benda-benda itu terlalu trendi,’’ gerutu warga Tai Po yang bernama Chan. ’’Aku lebih memilih persembahan yang tradisional,’’ katanya.

 

Chan sudah menghabiskan duit sekitar 200 dolar Hong Kong (sekitar Rp 380 ribu) untuk persembahan yang lebih klasik.  Ia membeli paket uang kertas dan baju untuk ayahnya yang sudah tiada.

 


PEMBELI mengantre di toko Chun Shin Hong, Hong Kong. Penjualan meningkat menjelang cengbeng.-South China Morning Post-

 

Pembeli lain, Martin Or yang berusia 40-an tahun membeli kapal pesiar, Mercedes-Benz, dan pesawat untuk mendiang kakeknya. Pekerja di perusahaan telekomunikasi itu juga memilih mempersembahkan makanan asli. Yakni, ayam dan babi panggang. Sebab, dagingnya bisa dimakan setelah mereka selesai berziarah.

 

Gairah pembeli menjelang cengbeng itu sangat menggembirakan To Chin-sung. Ia adalah lelaki 70 tahun, pemilik toko Chun Shing Hong di kawasan Sai Ying Pun. Sudah 45 tahun Chin-sung berjualan peranti persembahyangan. Menurutnya, pendapatan tahun ini meningkat pesat. Dua kali lipat ketimbang 2022, saat Hong Kong mengalami gelombang kelima serangan Covid-19.

 

’’Bisnis tahun ini harus lebih baik. Tahun lalu banyak orang meninggal,’’ ujar Chin-sung.

 

Sejatinya, semakin banyak orang meninggal, bisnis Chin-sung justru bisa makin baik. Sebab, yang diberi persembahan pun akan kian banyak. Tetapi, Chin-sung tetap berharap Hong Kong makin sehat. Agar tidak ada lagi pembatasan yang justru merusak bisnis secara umum. (Doan Widhiandono)

Kategori :