ADA banyak sekali kemiripan antara ajaran Islam dengan ajaran Tiongkok klasik --yang utamanya bersumber dari falsafah Konfusius.
Untuk menyebut di antaranya, kalau dalam Al-Qur'an surah Al-Isra' ayat 23 kita dilarang membantah kedua orang tua (falaa taqul lahumaa uffin), dalam kitab Lunyu (论语) bab 2 ayat 5 pun kita dilarang membantah ayah dan ibu kita (无违 wú wéi).
Dalam ranah olah batin demikian pula. Islam mewajibkan pemeluknya berpuasa (saum); Konfusius juga menganjurkan kita untuk "戒" (jiè) --yang artinya berpuasa juga.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Guru Besar Chaoyang University of Technology, Taiwan Louis Liu: Jiao Ta Shi Di
Tak heran bila Liu Zhi 刘智 menyatakan, "Kendati [syariat Islam] termaktub di kitab Arab, akan tetapi ia tidak berbeda dengan [ajaran-ajaran] kitab Konfusianisme. Sekalipun [muslim] mempraktikkan peribadahan Arab, tapi bagaikan menjalankan ritus agama orang-orang suci dan raja-raja [Tiongkok] terdahulu" (虽载在天方之书,而不异于儒者之典;遵习天方之礼,即犹习先圣先王之教也).
Liu Zhi --yang merupakan ulama besar era dinasti Qing-- menyatakan hal itu dalam mukadimah Tianfang Dianli 天方典礼 (Hukum dan Ritual Islam), kitabnya yang berjumlah 20 jilid.
Denny memakaikan kacamata kepada seorang lansia.-Dokumentasi Pribadi-
Makanya, sebagaimana Islam, Heribertus Denny percaya Konfusius menasihati kita berpuasa adalah dalam rangka mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan merendah, sekaligus untuk menghargai nikmat-nikmat yang Sang Pencipta berikan kepada kita.
Adapun caranya, ialah dengan "惩忿窒欲" (chéng fèn zhì yù): menahan amarah dan hawa nafsu.
Tentu, dibarengi dengan berbuat sebanyak-banyaknya untuk menusia. Seperti yang dilakukan Denny, misalnya.
Bersama rekan-rekannya, Denny menggagas gerakan Sejuta Kacamata untuk Indonesia. Sejak 2015, mereka rutin memberikan bantuan kacamata dan pemeriksaan mata gratis untuk masyarakat yang membutuhkan di seluruh penjuru Indonesia. (*)