Umar Syaroni, Penyandang Disabilitas Peraih Beasiswa Doktor di Australia (1) : Tak Takut Keluar dari Zona Nyaman

Sabtu 08-04-2023,20:21 WIB
Reporter : Hendrina Ramadhanti
Editor : Doan Widhiandono

Bagi orang kebanyakan, Umar Syaroni bisa disebut sebagai sosok dengan keterbatasan. Tetapi, ia membuktikan sebaliknya. Bahwa yang bisa diraihnya justru tanpa batas.

 

UMAR Syaroni memang tunadaksa. Tangannya tak tumbuh sempurna. Kira-kira hanya sepanjang siku. Karena itu, banyak yang heran ketika melihat bahwa lelaki kelahiran Jeddah, Arab Saudi, tersebut jago menari. Bahkan, ia tertarik dunia tari sejak kecil lalu kemudian mempelajarinya secara otodidak melalui YouTube .

 

Ketertarikan pada tari itu berawal dari acara perpisahan kelas di Sekolah Indonesia-Jeddah (SIJ). Di situ, Umar menemukan sahabat baik, Abdullah Zulfakar, yang terus mendukungnya menari. Nah, kata Umar, jika seseorang punya support system yang baik, ia bisa melakukan apa pun yang terbaik. Dan Umar buktinya.

 

Bukti itu masih terawat saat ia kuliah di Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Saat semester lima, ia jadi koreografer UMKM untuk tari tradisional.

 

Setelah lulus, Umar tenggelam dalam kesibukan bekerja. Tetapi, bulan lalu, Februari 2023, ia kembali bisa menunjukkan kemampuan tarinya tersebut.

 

Semuanya berawal ketika pria kelahiran 2 November 1995 itu lolos beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan. Tak tanggung-tanggung, Umar diterima di program S-3 Arts and Social Sciences Majoring in Media and Communication di University of Sydney, Australia. 

 

Dan ini kali kedua Umar menerima beasiswa LPDP. Sebelumnya, ia bisa tembus kuliah di Magister Media dan Komunikasi Universitas Airlangga. Wow… !

 


KEGEMBIRAAN UMAR SYARONI saat diwisuda sebagai magister media dan komunikasi di Universitas Airlangga.-Umar Syaroni untuk Harian Disway-

 

Umar lantas didapuk sebagai ketua divisi acara Persiapan Keberangkatan (PK) LPDP. Bersama Nabila Putri Utami, partner kolaborasinya, Umar menampilkan tari kreasi yang mengangkat tema kebangkitan pascapandemi. Kepercayaan dirinya pun meluap menjelang keberangkatan ke Australia pertengahan tahun ini. Ia berharap bisa mengenalkan budaya Indonesia di luar negeri nanti.

 

Apa yang membuat Umar begitu percaya diri sampai bisa berprestasi? Sampai bisa menjadi inspirasi dan motivasi orang lain? “ Every dream is worthy as dream has no boundaries. The more you can dream. The more you can do .” Itu katanya. Setiap mimpi sangat berharga. Tidak ada yang bisa membatasi mimpi. Maki banyak kita bermimpi, semakin ada kesempatan mewujudkan mimpi itu.

 

“ Nggak boleh takut! Teman-teman disabilitas harus berani keluar dari zona ‘nyaman’. Jangan takut bermimpi setinggi apa pun. Kalau aku takut, aku nggak bakal bisa dapet beasiswa sampai ke negeri kanguru,” kata lelaki berkacamata tersebut.

 

Umar pun ingin para penyandang disabilitas berlari untuk menikmati indahnya dunia. Sebab, banyak ruang bagi mereka untuk mengeksplorasi diri menjadi lebih baik.

 

Umar juga punya prestasi di bidang public speaking . Ini juga ditunjang ilmunya sebagai sarjana ilmu komunikasi. Ia pernah menjuarai pidato tiga bahasa, Arab, Indonesia, dan Inggris. Umar juga sempat mengungkapkan aspirasi penyandang disabilitas di hadapan menteri dalam sebuah acara di Universitas Padjajaran. Ketika itu, Umar melontarkan ide bahwa Indonesia perlu pendidikan inklusif secara intens.

 


UMAR SYARONI (tengah) sebagai koreografer Tari Pasambahan Divisi Tari PK-199 untuk para penerima beasiswa LPDP.-Umar Syaroni untuk Harian Disway-

 

Kata Umar, kampanye disabilitas masih kurang di Indonesia. ’’ Branding -nya kurang menonjolkan kemampuan disabilitas. Biasanya ada embel-embel ‘kasihan.’ Padahal, sebenarnya kami nggak kasihan, kok ,’’ tuturnya.

 

Bergabung dengan Organisasi Rumah Disabilitas sebagai kepala departemen edukasi, ia semakin gencar memberi informasi dan edukasi baik secara online maupun offline tentang disabilitas, entrepreneurship , dan public speaking .

 

“Indonesia gawat pendidikan inklusif. Orang Indonesia lahir dengan banyak agama, suku, budaya. Tapi mereka nggak sadar bahwa perbedaan dalam konteks inklusif tidak cuma hal-hal itu aja . Tapi tentang fisik dan mental tiap orang yang juga perlu diperhatikan satu sama lain,” ucap lelaki yang kini bergiat di bagian humas dan protokoler Untag Surabaya tersebut.

 

Berangkat dari pemikiran tersebut, Umar semakin yakin dengan upayanya mengampanyekan disabilitas bukan dari sisi perbedaan yang cuma mengedepankan belas kasihan. Tetapi, bahwa penyandang disabilitas kesempatan yang sama dengan dengan non disabilitas. 

 

Umar juga ingin menjadi inspirasi bagi orang tua yang punya anak penyandang disabilitas. Mereka harus diyakinkan bahwa anak-anak mereka pun tetap bisa bermimpi jauh. Tanpa batas. Lantas berjuang bersama untuk meraih mimpi itu. (Hendrina Ramadhanti)

 

BACA JUGA : Umar Syaroni, Penyandang Disabilitas Peraih Beasiswa Doktor di Australia (2) : Bertahan dari Perundungan Sejak Kecil

Kategori :