REKAM jejak Gibran Rakabuming Raka di dunia politik bisa dibilang politikus muda seumur jagung. Baru mulai sejak menyatakan niat menjadi wali kota Solo tiga tahun lalu.
Sekali mencalonkan diri, ia langsung jadi wali kota Solo. Itu tak lepas dari faktor keberadaan si ayah, Jokowi, sebagai presiden. Memang rakyat yang memilih Gibran, tapi pengaruh besar ayahnya yang membuat perhatian semua pihak mengarah kepadanya.
Coba kita bayangkan, kalau Gibran (bukan) bin Jokowi, tentu tak mudah meraih tiket untuk calon wali kota Solo. Bahkan, nyaris tak mungkin.
Tapi, yang menarik, walaupun langkah melalui ”jalan tol”, Gibran sangat pandai bersikap seperti politikus senior. Ia mampu membuat semua pihak senang, tapi juga waswas.
Sikapnya yang mendampingi capres Prabowo saat bertemu relawan Jokowi membuat Prabowo senang, tapi kubu capres Ganjar Pranowo waswas.
Begitu juga saat ia bertemu Ganjar, kubu PDIP senang, sedangkan giliran Prabowo yang waswas.
Sikapnya yang tenang membuat banyak pihak sulit menebak ke mana arah langkahnya. Lihat saja saat dipanggil PDIP setelah ia bertemu Prabowo.
Putra sulung Jokowi itu tidak panik. Ia memenuhi panggilan. Seusai pertemuan itu, ia mengaku mendapat masukan dan nasihat. Sebagai kader PDIP, ia tegak dengan ketua umum.
Gibran pun lantas ketemu Ganjar.
Namun, kalau kita melihat jejak Gibran, pertemuan dengan sejumlah tokoh politik bakal terus berlangsung. Bukan kali ini saja manuver politiknya membuat kejutan.
Seperti langkah kuda dalam catur. Tetap melangkah walaupun petak yang dilewati ada yang menghalangi. Siapa sangka, tiba-tiba Gibran ketemu Rocky Gerung. Padahal, orang semua tahu, Rocky sangat kritis terhadap pemerintah.
Anies Baswedan juga diterima saat merapat ke Solo. Bahkan, Gibran dan Anies ikut pengajian bareng.
Juga, tangannya terbuka dengan Fahri Hamzah. Semua sudah tahu, Fahri sering secara terbuka mengkritik Jokowi. Namun, Gibran menyebut Fahri sebagai role model politisi.
Menurut saya, langkah Gibran terbuka dengan semua pihak karena ada dua hal yang menjadi perhitungan.
Pertama, kelanjutan megaproyek IKN (ibu kota negara). Tentu mereka mencari pengganti yang benar-benar komitmen. Sebab, megaproyek itulah yang akan menjadi simbol warisan Jokowi.