Coldplay dan LGBT

Sabtu 27-05-2023,21:28 WIB
Reporter : Dhimam Abror Djuraid

Dukungan terhadap Palestina juga ditunjukkan sang vokalis Chris Martin. Selama bertahun-tahun, Chris menuai kemarahan penggemar pro-Israel karena sikapnya terhadap Palestina. Pada 2019, saat menggelar konser di Amman, Jordania, seorang penggemar meminta Chris menyanyikan sebuah lagu untuk Gaza. Martin juga diminta memberikan pidato berisi solidaritas terhadap Palestina.

Musikus Indonesia justru harus meniru para musikus internasional yang mempunyai kesadaran sosial dan politik yang tinggi. Selama ini musikus mainstream Indonesia didominasi lagu-lagu ”ngak-ngik-ngok” (meminjam istilah Bung Karno). 

Beberapa musikus Indonesia juga menyuarakan kritik sosial politik yang tajam seperti Iwan Fals. Grup rock Slank juga menyuarakan banyak kritik sosial. Belakangan Slank menimbulkan kontroversi karena dukungannya terhadap Jokowi sehingga salah seorang personelnya diangkat menjadi komisaris salah satu perusahaan BUMN.

Penolakan terhadap konser musikus internasional juga pernah dilakukan terhadap Lady Gaga pada 2012. Penyanyi eksentrik asal Amerika Serikat itu dianggap vulgar dan aksi panggungnya sering dianggap identik dengan pornografi. Karena kerasnya penolakan terhadap Lady Gaga, polisi akhirnya tidak mengeluarkan izin dan konser pun batal.

Penggemar sepak bola Indonesia sampai sekarang masih berduka karena Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 karena penolakan kehadiran tim Isarel oleh politikus PDIP. Penolakan itu lebih bermotivasi politik ketimbang motif lain.

Rencana mengepung konser Coldplay bisa menjadi kontraproduktif terhadap citra gerakan Islam. Pihak yang tidak setuju bisa meminta panitia penyelenggara untuk meminta Coldplay tidak membawa pesan LGBT pada konser itu. Masih banyak jalan dakwah yang lebih bijaksana yang bisa diambil. (*)

 

Kategori :