BALI, HARIAN DISWAY - I Nyoman Artawa memeragakan ekspresi penari ketika memainkan barong. Mata terbuka lebar, raut muka mengikuti ritme gerak. Ketika sedang menari dengan rancak dan bertenaga, ekspresinya pun harus tegas. Begitu pula ketika tariannya melambat, gerak harus selaras dengan ekspresi.
"Meski saat menari wajah saya tertutup barong, tetap ekspresi saya di dalamnya harus menyesuaikan dengan gerak. Itu berefek pada tarian," ujarnya. Seperti seorang aktor yang mendalami perannya. Dengan pendalaman peran, maka akting yang dihasilkan dapat maksimal.
Juga, penari barong harus memiliki kemampuan spiritual yang tinggi. Artinya, dapat menjaga pikiran dan perasaan agar tetap bersih. Sehingga bisa mencapai fokus saat menari. "Dengan senantiasa berdoa dan berkonsentrasi, maka penari barong dapat memunculkan taksu-nya. Yakni kemampuan spiritual yang mampu memberi energi lebih untuk menari," ujar pria 52 tahun itu.
Maka tak heran jika seorang penari barong yang awalnya sedang tidak fit atau kurang sehat, tiba-tiba dapat menarikan barong dengan baik. Hal itu pernah dirasakan langsung oleh Artawa. "Suatu kali saya sedang tidak enak badan. Ragu, apakah bisa saya menari barong dengan baik. Tapi ketika mengenakan piranti barong itu dan mulai menari, ada energi yang membuat saya bisa tampil maksimal," terangnya.
Apalagi ketika ditarikan untuk kepentingan sakral. Yakni saat ada upacara-upacara besar di pura. Seorang penari barong wajib melakukan pewinten, atau proses penyucian diri sebelum menari. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pewinten, dapat membuat penarinya lebih berkonsentrasi, serta menghilangkan segala pikiran-pikiran buruk. (Guruh Dimas Nugraha)