SURABAYA, Harian Disway – Empat puluh mahasiswa UNIPA yang memamerkan karyanya dalam Gelar Cipta Karya Rias 2023, pada Jumat, 16 Juni 2023 di Royal Plaza Surabaya. Acara tersebut menjadi syarat kelulusan para mahasiswa UNIPA jurusan Tata Rias.
Salah seorang mahasiswa menampilkan kostum merah dengan aksen manik-manik emas. Meruncing ke atas. Bagian bahu kanan dan kiri diberi hiasan seperti sayap. Tapi bukan sayap burung. Melainkan lancip serupa ujung atap rumah gadang.
Sentuhan khas Minangkabau tersemat di kepala model. Lengkap dengan perhiasannya yang menjuntai. Serba merah. Sang make up artist, Inayatul Fadilah, memberinya judul Pusakuratu. Rias representasi roman Siti Nurbaya.
’’Warna merah adalah simbol amarah Siti Nurbaya pada Datuk Maringgih. Orang yang ingin menikahi dia, tapi tak disukai,’’ ujar mahasiswi berusia 23 tahun itu.
Busana Barong Sunar Undaran Kemiren, karya Tutut Jati Pratiwi dalam Gelar Cipta Karya 2023 di Royal Plaza.-Tutut Jati Pratiwi-
Tahun ini, Gelar Cipta Karya Rias mengambil tema The Treasure: Mystery in Island. ’’Banyak hal yang dapat diangkat dari berbagai pulau di Indonesia. Seperti mitologi, kultur, legenda cerita rakyat dan lain-lain. Semua itu diangkat dalam bentuk Rias oleh para mahasiswa,’’ jelas Kirana Fasya Juanda Dwi Putri, ketua pelaksana acara itu.
Sementara itu, Tutut Jati Pratiwi, mengeksplorasi legenda Barong Sunar Udaran Kemiren. Legenda yang berasal dari daerah dia sendiri, Banyuwangi. Barong tersebut berwujud seekor harimau, namun memiliki empat buah sayap. ’’Dipelihara oleh seorang gadis cantik bernama Jaripah. Dalam perkembangannya, barong sunar undaran menjadi seni pertunjukan tradisional,’’ ungkap Tutut.
Namun, barong sunar undaran hanya boleh ditampilkan dalam upacara sakral saja. Sehingga saat ingin mengadaptasi seni tersebut dalam wujud busana, Tutut harus meminta izin terlebih dulu kepada para seniman di lingkungannya. ’’Meski hanya replika atau sekadar adaptasi, tetap harus izin dulu. Tidak boleh sembarangan,’’ ujar perempuan 22 tahun itu.
Busana adaptasi itu dikenakan oleh Maymoon Maya, model asal Surabaya. Didominasi warna merah, dengan hiasan sayap di pundak dan pada mahkota di kepala. Tampak lebih elegan dengan aksen batik di pinggang, sentuhan rumbai-rumbai kuning, seperti kulit harimau. Wibawa model semakin tampak dengan kain menjuntai di bagian belakang.
Para dosen tata Rias UNIPA menjadi tim penilai. Mereka adalah, Endah Setyowati, Kusriwayati dan Dicha Venjiana. Gelar Cipta Karya itu diramaikan pula oleh demo make up dari MUA ternama, Adi Sufrianto.
’’Saya mendemokan riasan beauty fantasy. Yaitu riasan face painting, tetapi tetap menampilkan kecantikan modelnya. Dengan berbagai macam teknik tentunya,’’ ungkap Adi.
Ia mengomentari karya para mahasiswa yang tampil saat itu. Adi mengatakan, ’’Mereka keren. Mulai dari pembuatan kostum, teknik painting, integrasinya dengan musik, narasi, dengan tema masing-masing. Mereka paham dengan fantasi yang ditampilkan.’’
Namun Adi juga memberi masukan buat para mahasiswa. ’’Beberapa ada yang terlalu full costume. Jadi make up-nya kurang terlihat. Tentu dengan jam terbang, mereka akan lebih baik lagi ke depan," katanya.
Gelar karya 40 Rias dari 40 mahasiswa Tata Rias UNIPA itu menarik perhatian pengunjung. Dari busana, mereka seakan diajak menggali lagi, kearifan lokal yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia. (*)