Ada 266 bangunan cagar budaya di Kota Pahlawan. Salah satu yang termegah adalah gedung Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Kini, bangunan di Jalan Mayjen Prof Dr Moestopo No 47 itu sudah menginjak usia 100 tahun.
ARSITEKTUR bangunannya sangat khas. Sepadan dengan beberapa bangunan kolonial lainnya. Paling mirip seperti Gedung Negara Grahadi di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya. Terutama karena terdapat halaman yang luas begitu masuk pintu gerbang. Tentu saja gedung FK Unair lebih muda. Usianya memang baru memasuki satu abad. Tetapi sudah melewati tujuh zaman. Nuansa yang dihadirkan pun masih sama. Berada di sudut mana pun dalam gedung itu selalu terasa teduh. Dinding yang tebal mampu menghalau panas sinar matahari langsung. Apalagi dilengkapi dengan langit-langit tinggi, pintu dan jendela raksasa, membuat sirkulasi udara sangat lancar. BACA JUGA : ITS dan Unair Tambah Belasan Guru Besar BACA JUGA : Persebaran Dokter Belum Merata (4) : Fakultas Kedokteran Boleh Tambah Kuota Yang terang, sama-sama menyimpan sejuta peristiwa. Khususnya bangunan aula. Nyaris tidak ada yang berubah sejak berdiri pada 1913 silam. Semua bangunan hingga ornamen utamanya masih orisinal. Untuk itulah FK Unair memperingatinya, Rabu, 5 Juli 2023. Menghadirkan para alumni dari lintas angkatan. "Saya selalu merinding masuk ke sini," ujar Pudjo Hartono saat mendapat giliran bicara di podium Aula FK Unair. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan itu merupakan alumni FK Unair angkatan 1981. Ia pun tak menyangkal betapa eksklusif aula bagi para mahasiswa kedokteran. Daya magnetnya begitu kuat sekali. Tak jarang, kata Pudjo, mahasiswa dulu kerap mendekat. Hanya berani memenuhi lorong di sisi kanan dan kiri aula. "Biasanya kami belajar di lorong itu. Beli kopi sekaligus bakar obat nyamuk," kenangnya. Rektor Unair periode 2001-2006 Puruhito pun merasakan betapa sakralnya aula FK Unair. Tak hanya bagi mahasiswa kedokteran. Tetapi juga bagi seluruh mahasiswa Unair. "Tak ada yang berubah. Dari dulu seperti ini, suasananya tetap sakral," katanya. Yang paling ia kenang adalah balkon di bagian belakang aula. Dulu, ia selalu tampil bersama tim paduan suara di situ.Dinding lorong FK Unair yang memajang deretan nama para alumni.-Ahmad Rijaludin Erlangga-Harian Disway- Kesaksian yang sama disampaikan oleh Guru Besar Penyakit Dalam Prof Askandar Tjokroprawiro sekaligus Dekan FK Unair periode 1993-1997. Suatu kali, promotor program doktoralnya datang dari Belanda. Dan langsung terkesima pada gedung hasil rancangan oleh arsitek Wiemans itu. "Memang sangat legendaris bagi alumni," ungkap Dekan FK Unair Prof Budi Santoso. Sudah puluhan ribu dokter yang diwisuda di aula itu. Termasuk juga para pakar di dunia kesehatan. Aula memang tidak boleh digunakan untuk sembarang kegiatan akademik. Hanya boleh untuk kegiatan-kegiatan khusus. Misalnya, pengambilan sumpah dan janji dokter muda, hingga pelantikan dokter spesialis dan sub spesialis. Pernah juga untuk melepas wafatnya seorang guru besar. Atau acara penandatanganan kesepakatan calon kadaver. Kali terakhir, dijadikan tempat peluncuran InaVac, satu-satunya vaksin Covid-19 yang seratus persen buatan anak negeri.
ounder Surabaya Heritage Society Freddy H Istanto (kiri), Dekan FK Unair Prof Budi Santoso (tengah), Dekan FIB Unair Prof Purnawan Basundoro yang menjadi pembicara utama.-- "Jadi, cuma kegiatan yang punya arti besar boleh digelar di sini," lanjut Prof Budi. Itulah kenapa aula punya makna yang besar bagi seluruh warga Unair. Maka, harus terus dirawat dan dipertahankan keasliannya. Baik bangunan maupun ornamennya. Tentu tak boleh berhenti pada satu abad. Harus bisa lebih lama lagi hingga ratusan tahun ke depan. Begitu juga ruang lain yang punya makna besar di gedung yang dulunya bernama Ned-Indische Artsen School (NIAS) itu. Seperti ruang kuliah propadeus, laboratorium anatomi, patologi, hingga kadaver. Bagi Prof Budi, harapannya masih sangat realistis. Sebab, sudah ada bukti serupa di Belanda. Di Negeri Kincir Angin itulah banyak bangunan yang dirancang sama seperti aula FK Unair. "Karena usianya bisa sampai 300 hingga 400 tahun," tandasnya. (Mohamad Nur Khotib) Seri Berikutnya : Satu Abad Aula Fakultas Kedokteran Unair (2) : PR Kembalikan Ornamen ke Bentuk Asal