Makam Peneleh, Jejak Sejarah Cagar Budaya, Kolaborasi Pemugaran Indonesia-Belanda

Makam Peneleh, Jejak Sejarah Cagar Budaya, Kolaborasi Pemugaran Indonesia-Belanda

Sejumlah pegiat sejarah yang tergabung dalam Komunitas Begandring melakukan identifikasi pemakaman Belanda di komplek makam Peneleh Surabaya, Jawa Timur, Minggu 6 Agustus 2023.-Julian Romadhon-Harian Disway

HARIAN DISWAY - Makam Peneleh yang terletak di Kecamatan Genteng, Surabaya, dikenal sebagai salah satu situs pemakaman bersejarah di Kota Pahlawan. Makam tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Keberadaannya mencerminkan tradisi serta nilai religius yang kental. Nama "Peneleh" berasal dari bahasa Jawa yang mengisyaratkan makna tempat yang terjaga atau dirawat dengan baik. 

BACA JUGA:Narasi dari Balik Kampung Kota Peneleh, Surabaya

Menurut Kuncarsono Prasetyo, pegiat sejarah dari Begandring Soerabaia, Makam Peneleh dibangun sebagai respons atas minimnya lahan yang tersedia di Makam Krembangan pada era kolonial.

"Makam Peneleh dibangun karena makam Eropa di Krembangan sudah penuh. Penuhnya makam Krembangan itu terjadi pada akhir abad 18. Tepatnya tahun 1790-an. Waktu itu namanya makam Eropa Krembangan di Jalan Krembangan Makam, Surabaya. Tapi sekarang sudah tidak ada. Diganti jadi menara air PDAM," ungkap Kuncar.


Kunjungan pihak Begandring dengan Lembaga Belanda ke Makam Peneleh--

BACA JUGA:Pemenang Surabaya Tourism Award 2024 (2): Wisata Heritage Peneleh Andalkan Situs Majapahit sampai Kolonial

Makam Peneleh resmi dibuka pada 1 Desember 1847. Setelah pembukaan, sebagian jenazah dari Makam Krembangan dipindahkan ke Makam Peneleh. Kemudian pada tahun 1920-an, beberapa dipindahkan lagi ke Makam Kembang Kuning. Pemakaman terakhir di Makam Peneleh tercatat pada tahun 1964.

Kuncar menjelaskan bahwa makam itu bukan hanya menjadi tempat peristirahatan bagi orang Eropa, tetapi juga warga non-Eropa yang memiliki hak istimewa.

"Yang dimakamkan di sana warga sipil, orang Eropa. Jadi tidak hanya orang Belanda. Ada juga orang-orang non-Eropa yang memiliki privilege. Ada orang Jawa juga, orang Tionghoa, orang Jepang," jelasnya.

BACA JUGA:JCC dan Festival Peneleh Kembali Digelar, Siap Bawa Kampung Peneleh Mendunia

Pada tahun 2024, Begandring Soerabaia bersama Pemerintah Kota Surabaya berkolaborasi dengan pemerintah Belanda untuk upaya pemugaran makam itu.

"Ini diinisiasi Begandring Soerabaia bersama Pemerintah Kota Surabaya. Bertujuan untuk konservasi makam. Juga menjalin kerjasama dengan pemerintahan Belanda baru-baru ini pada tahun 2024," tambahnya.

Makam Peneleh dapat dikunjungi masyarakat dengan jam operasional pukul 8.00-16.00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: