Narasi dari Balik Kampung Kota Peneleh, Surabaya

Narasi dari Balik Kampung Kota Peneleh, Surabaya

ILUSTRASI narasi dari balik "Kampung Kota" Peneleh, Surabaya.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

”… Rumah ini sudah sangat lama.... Namun, tidak laku-laku dijual. Padahal, bentuk arsitektur bangunannya bagus, model loji-loji zaman dulu.... (Ibu Tk 60 tahun)

 

DEMIKIAN satu cerita singkat yang tidak sengaja kami peroleh ketika kami berjalan di dalam sebuah lorong Kampung Peneleh, satu kawasan kampung ”lawas” yang berada di tengah Kota Surabaya. Banyak lagi cerita lain yang sejatinya kami temukan saat menyusuri kampung itu. 

Mulai kebiasaan penduduk kampung hingga cerita mengenai ragam makanan (kuliner) yang masih otentik dari kampung tersebut. Cerita-cerita sederhana itu mungkin terlihat lumrah dan biasa ada di dalam masyarakat kampung, bahkan mungkin juga sangat remeh. Terlebih, tak jarang narasi atau cerita keseharian tersebut kemudian lewat begitu saja dan hanya dianggap sebagai sumber informasi yang kurang penting. 

 BACA JUGA: Kolaborasi Internasional dan Untag: Membuka Lembaran Baru Makam Peneleh Surabaya

BACA JUGA: Dua Kandidat Kampoeng Tourism Maspati dan Peneleh di Surabaya Tourism Award 2024

Padahal, masih ada banyak cerita sederhana dan menarik dari Kampung Peneleh yang sejatinya perlu lagi untuk dapat diungkap. Bukan lagi sekadar mendengar cerita Kampung Peneleh sebagai tempat lahirnya Presiden Pertama RI Soekarno ataupun cerita mengenai kampung perjuangan dari lahirnya para tokoh nasionalisme Indonesia. 

Mulai HOS Tjokroaminoto, Agoes Salim, Hasjim Asj’arie, Ahmad Dahlan, Mas Mansoer, hingga Tan Malaka. Lebih dari itu, bisa jadi ada cerita lain dari Kampung Peneleh yang sampai sekarang mungkin masih tersimpan dan menjadi memori kolektif dari masyarakat Kampung Peneleh. 

Apalagi bila kemudian merunut dari sejarah awal dari kampung ini melalui salah satu bukti sejarah dari keberadaan Kampung Peneleh atau yang juga dikenal dengan Kampung Glagah Aroem di dalam peta (Schetskaartje van Het Oudste Soerabja) tahun 1275 tentu akan menyisakan banyak cerita yang masih bisa dikisahkan. 

BACA JUGA: Toleransi dari Peneleh ala Habib Ja'far

BACA JUGA: Presiden Soekarno Mampir Ke Toko Buku ini, saat Pulang ke Peneleh

Senyampang dengan adanya bukti dari warisan-warisan yang tangible, seperti langgar Dukur (1853) ataupun makam ”Eropa” Peneleh dan yang lainnya.     

 
PETA Surabya 1275-www.KITLV.Nl-

MERAWAT INGATAN- ROMANTISME MASA LALU

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: