Dua Kandidat Kampoeng Tourism Maspati dan Peneleh di Surabaya Tourism Award 2024

Dua Kandidat Kampoeng Tourism Maspati dan Peneleh di Surabaya Tourism Award 2024

Rumah kuno di kawasan Peneleh yang dibangun pada era '1800an menandai kampung ini sebagai wisata heritage yang menarik di Surabaya. -M Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Menonjolkan sisi sejarah, dua kampung legendaris di SURABAYA bersaing dalam SURABAYA Tourism Award (STA) 2024. Yakni kampung Lawas Maspati dan kampung Wisata Peneleh

Cuaca terik Surabaya dengan hiruk-pikuk kendaraan bermotor dan polusi. Di sisi kiri Jalan Bubutan terdapat kampung yang berhias. Lengkap dengan papan penunjuk arah serta deretan tanaman-tanaman hidroponik tepi jalan.

Itulah Kampung Lawas Maspati. Kawasan yang diyakini telah ada sejak era Keraton Surabaya. Dari namanya, Maspati, artinya lokasi kediaman Mas Adipati. Pembesar-pembesar masa lampau. 

BACA JUGA: Tim Dosen Universitas Ciputra Rilis Buku Penguatan Identitas Kya-Kya di Surabaya

Banyak bangunan tua bahkan makam yang hingga kini masih terpelihara dengan baik. Yakni makam Mbah Buyut Suruh, kakek dari tokoh legendaris Sawunggaling. Suyanto (Cak O'on), ketua pengelola kawasan tersebut menyambut Harian Disway di Balai RW V.


Suasana jalan di Kampung Lawas Maspati. Para warga membudidayakan tanaman hidroponik. -M Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

Kampung Lawas Maspati merupakan finalis Surabaya Tourism Award (STA) 2024. "Sejauh ini kami tak ada persiapan apa pun. Karena kami sudah terbiasa sebagai kampung wisata," ujar Cak O'on. 

Kata "terbiasa" adalah penekanan terhadap status kampung tersebut yang memang telah menjadi kampung wisata sejak beberapa tahun silam. "Sudah ada semua di sini. Persyaratan penilaian STA 2024 pun kami sudah penuhi," tutur ketua RW VI Kampung Maspati itu.

BACA JUGA: Perbedaan Matcha dan Green Tea, Terlihat Serupa Sebenarnya Tak Sama!

Sepanjang jalan terlihat bersih. Rapi. Tanaman-tanaman hidroponik menghiasi halaman depan warga di kanan-kiri. Meski aksesnya hanya berupa jalan kecil, tapi banyak mural dan telah terpasang berbagai papan penunjuk arah.

Pemandangan kampung pun jadi bervariasi. Segar dan tak monoton. Papan-papan informatif itu memudahkan pengunjung untuk datang ke berbagai spot. Mulai dari bangunan heritage, rumah belajar, rumah pengolahan limbah, area kuliner hingga makam Mbah Buyut Suruh.


Omah Tua yang dibangun pada 1907 ini menjadi kafe dan perpustakaan di Kampung Lawas Maspati. -M Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

Para warga, tua-muda, mampu menjadi guide bagi pengunjung. Mereka dapat menerangkan berbagai hal yang ada di kampungnya tersebut. "Ada tim paduan suara lansia, tim tarian, tim ibu-ibu kader Asman atau Asuhan Mandiri. Biasanya mereka menyambut tamu. Misalnya wisatawan asing," terangnya.

BACA JUGA: Praktik Make-Up dan Pementasan Seni di Surabaya Tourism Awards 2024 Hari Kedua

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: