SURABAYA, HARIAN DISWAY - Tidak perlu jauh-jauh menyeberang ke Madura, Cukup di Surabaya kita bisa langsung menikmati masakan khasnya. Yakni dalam Madura Food Festival yang dapat dinikmati oleh semua pecinta kuliner.
Pada 22-24 September 2023 di Kya Kya Kembang Jepun Surabaya, acara itu menghadirkan perpaduan budaya Madura dan Tionghoa. Didominasi oleh warna merah yang identik dengan keduanya. Lampion berbentuk naga merah membentang di atas gelaran festivalnya.
BACA JUGA: Kya-Kya Surabaya Buka Setiap Hari Selama Ramadan 2023
Seperti dibagi menjadi dua. Tong sampah dengan warna yang masih sama ditata di tengah jalan untuk membagi stan penjual menjadi bagian kanan dan bagian kiri. Ada 30 stan makanan dan minuman yang sudah dikurasi tertata rapi dengan jarak yang hampir sama. Begitu rapi. Mengenakkan mata untuk memilih.
Sesuai dengan namanya, acara ini memang dipenuhi dengan beragam masakan khas Madura. Ada nasi kerak sate, bebek bumbu hitam, lontong munggul, bubur sumsum, nasi adun, nasi campur cumi hitam, dan masih banyak makanan khas lainnya.
Selain makanan, setiap stan juga menjual minuman khas pilihan mereka masing-masing. Seperti stan wedang kobbhu milik Ismaul Huda asal Surabaya ini. Ia menjual wedangnya di gelas cup kecil bermotif polkadot merah. “Tiga ribu saja,” jelas Isma tentang harganya.
Di stan milik Ismaul Huda asal Surabaya ini dijual wedang kobbhu di gelas cup kecil bermotif polkadot merah. -Rijaluddin-
Ia menjelaskan kalau minuman yang ia buat dari bahan dasar gula putih dan gula merah yang diberi serai, jahe, kunir, dan kayu manis ini tidak akan rugi jika dijual di harga itu. “Kalau habis kan enggak rugi,” lanjutnya sambil tertawa ringan.
Seluruh stan yang sudah mengikuti festival ini, ternyata telah mengalami beberapa proses kurasi untuk menjamin kualitas rasa. Pertama dari Kelurahan. Lalu disaring lagi oleh pihak Siola.
“Jadi semua masakan yang di sini dari 50 peserta itu diambil 30,” terang Isma. Ia juga menambahkan untuk tampilan makanan mereka (plating dan packaging) akan diarahkan oleh penilainya.
Ada yang menarik. Semua penjual menggunakan pakaian adat khas Madura. Marlena untuk penjual wanita, dan ada beberapa juga yang menggunakan Sakera untuk penjual pria.
“Menyesuaikan sama acara. Kan Madura khas dengan pakaian warna hitam dan merah, jadi pakai pakaian adat semuanya,” jelas penjual bubur manggul dan edang kobu yang akrab disapa Mama Ana itu.
Festival ini tidak hanya menghadirkan masakan Madura. Tetapi banyak makanan, minuman, dan jajanan yang bisa dinikmati semua kalangan. Namun, lokasinya dibedakan. Samping kanan panggung selain makanan khas Madura, samping kiri panggung menu khas Maduranya.
Pengunjung bisa langsung makan di tempat. Karena telah banyak tersedia meja bundar dengan kursi yang ditata mengelilinginya. Siapa pun bisa menempatinya. Memudahkan para konsumen untuk bersosialisasi dengan teman baru satu meja.
Ada pengunjung luar Jawa juga ternyata. Kebetulan main ke Surabaya dan mendatangi acara ini. “Baru pertama ke sini, dan baru pertama mencoba sate karak,” kata Nadia Tania pengunjung asal Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Tari yang ditampilkan dari murid-murid asuhan Studio Tydif Surabaya berjudul Suramadu. Penggabungan antara budaya Surabaya dan Madura. -Rijaluddin-