HARIAN DISWAY - Penyakit infeksi masih menjadi masalah yang sering menyerang masyarakat Indonesia. Sehingga karena itulah, penggunaan antibiotik semakin tinggi.
Jika penggunaan antibiotik tidak digunakan secara tepat, maka bisa menimbulkan resistensi antibiotik.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, resistensi antibiotik atau kondisi tubuh yang kebal terhadap efek antibiotik terjadi ketika bakteri tidak lagi merespon secara efektif terhadap antibiotik.
Hal itu dikarenakan bakteri yang selamat dari pengobatan antibiotik cenderung mengalami perkembangan yang membuatnya lebih tangguh. Padahal seharusnya pemberian antibiotik pada pasien guna menghentikan pertumbuhan maupun membunuh bakteri.
BACA JUGA: Stop Minum Antibiotik Berlebihan, Waspadai Resistensi Antimikroba!
Masalah akan semakin serius bila banyak orang yang mendapatkan antibiotik tanpa pemberian resep dari dokter dan kurang pemahaman tentang cara penggunaan antibiotik.
Kementerian Kesehatan menyatakan masyarakat perlu mengetahui bahwa antibiotik hanya efektif melawan bakteri, bukan virus atau jamur.
Selain itu, setiap orang dilarang menyimpan antibiotik yang tidak terpakai di rumah atau malah memberikan antibiotik kepada orang lain.
Salah satu penyebab utama resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat, termasuk minum antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus. Seperti penyakit batuk pilek dan penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan diagnosis penyakit.
BACA JUGA: Hati-Hati, Bakteri Super Bisa Melawan Antibiotik
Adapun penyebab lain resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang tidak teratur, seperti memberi jeda waktu 1-2 hari.
Berangkat dari penggunaan antibiotik yang tidak benar di kalangan masyarakat, maka Kemenkes membagikan cara penggunaan antibiotik yang benar, yakni:
1. Konsultasi dengan Dokter
Setiap individu menghindari pembelian antibiotik tanpa resep dokter.
2. Diagnosa yang Akurat