NAMA Hudiyono sudah cukup dikenal di Jawa Timur. Berbagai jabatan strategis pernah diembannya. Salah atu orang kepercayaan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Terakhir ia adalah kepala dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Sebelumnya, Hudiyono pernah menjadi penjabat (Pj) bupati Sidoarjo. Tak berlebihan kalau Hudiyono masih dalam rekomendasi caleg Harian Disway.
Setelah 40 tahun mengabdi sebagai aparatur sipil negara (ASN), Hudiyono pensiun pada 1 November 2023. Partai Demokrat langsung meminangnya menjadi calon anggota legislatif (caleg) DPRD Jatim untuk daerah pemilihan Jatim 2 yakni Sidoarjo.
Profil Hudiyono-Grafis: Tomy Gutomo-Harian Disway-
Jalur politik dipilih Hudiyono karena ia ingin memajukan Kabupaten Sidoarjo. Salah satunya dengan mengangkat potensi desa yang belum optimal. Selama 40 tahun sebagai ASN, Hudiyono sudah malang melintang di pelbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Jawa Timur, mulai dari staf di Dinas Pendidikan Jatim, Biro Kesra Setda Prov Jatim, hingga kepala dinas Kominfo Jatim.
“Semua jabatan itu membuat saya belajar dan mendapat banyak pengalaman baik pengalaman ilmu dan pengalaman manajerial memimpin sebuah organisasi yang saya pimpin," ujar Hudiyono kepada Harian Disway, Rabu, 31 Januari 2024.
BACA JUGA:Jangan Salah Pilih! Ini Link untuk Melihat Profil Caleg DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabu/Kota, dan DPD
BACA JUGA:KPU Jatim Temukan 140 Ribu Surat Suara Rusak: Kertas Sobek hingga Tinta Meluber
"Dan yang paling penting adalah pengalaman komunikasi,” ujar Hudiyono yang dikenal sebagai pemimpin yang sat-set saat menjabat sebagai Pj bupati Sidoarjo.
Menurutnya, saat menjabat sebagai birokrat pemerintahan, ia fokus pada hal yang bersifat makro saja. Namun, ia menyakini dengan menjadi legislatif maka permasalahan sekecil apa pun bisa ditangani dan dicarikan solusi.
"Menurut saya kalau kita ingin leluasa memaksimalkan pembangunan ya harus berpolitik,” imbuhnya.
Program Hudiyono jika terpilih ialah menyasar desa yang belum berkembang. Caranya ialah dengan berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak.
“Saya yakin, sejatinya desa-desa sebenarnya mampu mengembangkan diri. Namun itu tergantung tokoh pemimpin yang dengan rela mengabdi, serius dan konsisten membangun desanya,” paparnya.
Menurutnya, kolaborasi merupakan salah satu tugas seorang politisi. Sebab, politisi harus mampu menjadi jembatan dalam berkomunikasi antara warga dengan eksekutif. Sehingga permasalahan yang dihadapi warga dapat diselesaikan dengan baik.
"Ketigaya adalah dasar harmoni kebijakan. Itu adalah mimpi saya,” imbuhnya. (Wulan Yanuarwati)