HARIAN DISWAY - Menyambut Imlek, Pakuwon Trade Center menggelar Prosperous Lunar Festival. Yakni pada 2-11 Februari 2024. Menampilkan performance para ahli kungfu dari Kuil Shaolin Shongshan, Zhengzhou, Henan, Tiongkok. Ada pula tenant-tenant yang menjual pernak-pernik Imlek, serta tenant kuliner. Seru dan serba-Tiongkok.
Sebanyak enam ahli kungfu memasuki panggung Main Atrium LG Pakuwon Trade Center (PTC), Surabaya. Mereka semua adalah para murid dari Kuil Shaolin Shongshan, Tiongkok. Kuil yang ada di kaki Gunung Shaoshi, Shongshan, di barat laut Kota Dengfeng, Provinsi Henan.
BACA JUGA: Spring of Fortune di Grand City, Pengunjung Menyuapi Barongsai demi Berkah
Kuil yang telah cukup tua. Dibangun pada masa Dinasti Wei Utara, tepatnya pada 495 N. Hingga saat ini kuil tersebut menampung para pelajar dari berbagai negara. Belajar agama Buddha serta beladiri kungfu.
Mereka semua menunjukkan keahlian beladirinya. Baik menggunakan tangan kosong maupun senjata. Seperti pedang dan tongkat. "Kita bisa menyebut mereka 'para Shaolin'. Jadi para Shaolin tersebut menggunakan tongkat asli. Sifatnya agak lentur, namun, keras juga ketika dipukulkan ke tanah," ujar Dona Riana Alvionita, penerjemah asal Surabaya.
Para ahli kungfu dari kuil Shaolin Shongshan, Zhengzhou, Henan, Tiongkok. Mereka tampil dalam acara Prosperous Lunar Festival di PTC Surabaya. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
Seperti dibuktikan dalam gerakan akrobatik menggunakan tongkat. Dalam satu adegan, mereka bersama-sama memukul tongkat ke tanah. Terdengar suara berdebum. Cukup keras. Hingga para penonton yang ada di tepi secara spontan sedikit menjauh.
Keenam Shaolin tersebut terdiri dari: Chen Yuwu, Chen Lili, Li Siwen, Huang Lijun, Yang Dewen, dan Che Junwei. Mereka juga mengajak para penonton untuk bergabung untuk belajar teknik-teknik dasar kungfu. Rata-rata yang bergabung adalah anak-anak. Seorang dari ahli kungfu itu membimbing mereka untuk melakukan gerakan dasar sederhana.
Pertama, menepuk kedua tangan. Lalu direntangkan ke kanan-kiri. Gerakan selanjutnya, mengarahkan kedua tangan ke atas, kembali melakukan gerakan tepukan. Lantas, anak-anak itu dipandu melebarkan kaki, agak berjongkok sembari mengatupkan tangan. Tahap selanjutnya, diajari teknik meninju menggunakan tangan kanan dan kiri bergantian.
Metode dasar lainnya adalah melakukan gerakan sembari menekuk kaki dan meninju. Para ahli kungfu itu mengajak dua anak untuk berada di barisan paling depan, tepat di belakang pembimbingnya.
Meski tergolong gerakan dasar, cukup sulit untuk diikuti. Posisi kakinya cukup rumit, dan kelima orang itu membetulkan posisi kaki anak-anak tersebut. Hanya satu-dua anak saja yang berhasil menirukan. Seorang dari anak yang berada di depan, namanya Marty Tristan Chandra. Ia mengatakan, "Asyik juga ikut latihan Shaolin. Ini pengalaman pertama saya."
"Saya belum pernah ikut latihan beladiri apa pun. Jadi memang kungfu Shaolin ini menarik untuk dipelajari. Gerakannya rumit, tapi asyik," tambah anak 8 tahun itu. Begitu pula para pengunjung lainnya. Mereka menyempatkan diri untuk berfoto dengan keenam ahli kungfu itu usai pementasan.
"Para Shaolin ini telah dikirim ke kuil sejak usia mereka masih delapan tahun. Belajar beladiri dan agama. Tapi keenamnya ini adalah para Shaolin yang boleh menikah. Jika sudah menikah, mereka akan meninggalkan kuil," terang Dona. Dia pun menyebut bahwa level beladiri keenam Shaolin tersebut sudah tingkat tinggi, atau telah menjadi guru beladiri.
Selain pertunjukan Shaolin, terdapat berbagai tenant yang menjual pernak-pernik Imlek. Salah satunya adalah tenant Lotus. Tampak gantungan lampion berbagai jenis dan tingkat kerumitan. Lampion bulat, dihargai Rp 2,5 juta. Sedangkan yang berbahan kayu dihargai Rp 3 juta.
Para pengunjung berpose dengan keenam ahli kungfu Shaolin Shongshan, Tiongkok. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
Ada pula gantungan pohon khas Imlek, pajangan dinding bertuliskan fuk atau hoki, topi ala bangsawan Tiongkok, kertas angpau, bahkan kudapan. "Ada kue keranjang, kue kering, manisan, permen, dan sebagainya. Kalau kudapan, ini dari rekanan-rekanan kami," ujar Ana, istri dari Edi Santosa, owner Lotus.
Untuk gantungan pintu dengan visual gambar petasan dan tulisan fuk, dihargai Rp 350 ribu. Sedangkan yang berukuran kecil harganya beragam. Salah satunya dijual seharga Rp 40 ribu. "Saat menjelang Imlek begini, kalau weekday, Lotus dapat menjual 7-10 produk dalam sehari. Kalau weekend, bisa 15-20an ke atas," terangnya.