Berdamai dengan Gangguan Bipolar: Hidup Bersama Episode Depresif dan Manik

Sabtu 30-03-2024,21:45 WIB
Oleh: Ike Herdiana

Lalu, (5) Mudah terganggu dan sulit konsentrasi/fokus; (6) Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan atau agitasi psikomotor; (7) Terlibat dalam aktivitas yang berpotensi menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan, misalnya, belanja berlebihan dan impulsif.

Sisi depresif dari gangguan bipolar ditandai dengan episode depresif berat yang mengakibatkan suasana hati tertekan atau kehilangan minat atau kesenangan dalam hidup. 

DSM-5 menyatakan bahwa seseorang harus mengalami lima atau lebih gejala berikut dalam dua minggu untuk dapat didiagnosis menderita episode depresif berat: (1) Suasana hati tertekan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari; (2) Hilangnya minat atau kesenangan pada semua atau hampir semua aktivitas. 

Kemudian, (3) Penurunan berat badan yang signifikan; (4) Penurunan atau peningkatan nafsu makan; (5) Terlibat dalam gerakan tanpa tujuan, seperti mondar-mandir di ruangan; (6) Kelelahan atau kehilangan energi; (7) Perasaan tidak berharga atau bersalah. 

Lalu, (8) Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau keragu-raguan; (9) Pikiran berulang tentang kematian, keinginan bunuh diri berulang tanpa rencana khusus, atau upaya bunuh diri.

Jika kondisi-kondisi tersebut dirasakan individu (baik dalam intensitas rendah atau tinggi), tetapi sudah dirasakan amat mengganggu, sebaiknya segera mencari bantuan profesional. 

 

HINDARI DIAGNOSIS DIRI SENDIRI (SELF DIAGNOSIS) UNTUK GANGGUAN BIPOLAR

Berbicara dengan dokter atau ahli kesehatan mental adalah langkah pertama dalam mengidentifikasi gangguan bipolar. Pada tahap awal, profesional kesehatan mental akan melakukan evaluasi fisik untuk menyingkirkan kondisi lain yang mungkin menyebabkan gejala. 

Jika tidak ada penyakit lain yang muncul, dokter akan melakukan evaluasi kesehatan mental komprehensif, terstruktur, dan sistematis untuk menilai gejala pasien sesuai dengan kriteria spesifik dari gangguan. Individu tidak disarankan untuk melakukan diagnosis diri sendiri. 

Srivastava (2019) menjelaskan bahwa diagnosis diri sendiri merupakan proses mendiagnosis penyakit, baik secara fisik maupun mental, berdasar pengalaman masa lalu atau informasi yang tersedia di media populer seperti internet atau buku. 

Informasi tentang masalah mental dari luar, yang diakses oleh diri sendiri, memungkinkan individu menjadi panik karena merasa semua tanda-tanda yang tertulis betul-betul dialaminya. 

Kondisi tersebut mendorong individu mencari pengobatan atau cara berobat sendiri, yang tentunya belum tentu tepat dan bermanfaat. Individu harus paham bahwa permasalahan mental merupakan sekumpulan gejala, bukan gejala tunggal. Oleh sebab itu, harus betul-betul memahaminya dengan baik. 

Selain itu, mendiagnosis gangguan mental secara mandiri dapat menyebabkan individu meremehkan penyakit mental atau memperbesarnya, yang keduanya bisa berbahaya. 

Jika khawatir tentang gangguan bipolar yang dirasakan, kami menganjurkan Anda untuk membuat janji temu dengan dokter atau ahli kesehatan mental untuk mendiskusikan rincian spesifik dari suasana hati Anda yang fluktuatif.

 

Kategori :