HARI BIPOLAR SEDUNIA
HARI Bipolar Sedunia atau World Bipolar Day diperingati setiap tahun pada 30 Maret. Tujuannya, membawa kesadaran dunia tentang kondisi bipolar dan menghilangkan stigma sosial. Tirto.id (2022) menuliskan, Hari Bipolar Sedunia itu mengingatkan kita semua bahwa apa yang mereka alami tidak harus dirasakan sendirian.
Dikutip dari situs International Bipolar Foundation (IBF), tema Hari Bipolar Sedunia adalah #BipolarTogether atau #BipolarBersama, yang berpusat pada informasi bahwa penderita bipolar tidak hidup sendiri, tidak harus terisolasi dan mengisolasi dirinya serta bisa diterima di lingkungan masyarakat mana pun.
Mereka bisa membagi kisah secara daring dengan tagar #BipolarTogether dan #WorldBipolarDay. Masyarakat juga bisa bersatu untuk mendidik, berempati, dan memberdayakan orang lain. Tanggal 30 Maret merupakan hari lahir Vincent van Gogh yang disepakati mewakili penderita bipolar karena ia juga terdiagnosis sebagai penderita bipolar.
BACA JUGA: Bipolar Disorder Sering Disalahartikan, Ini Penjelasan Beserta Gejala dan Cara Menanganinya
GAMBARAN UMUM GANGGUAN BIPOLAR
Prevalensi penderita gangguan bipolar di dunia hingga tahun 2019 dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) ialah sejumlah 40 juta orang. Sementara itu, di Indonesia beberapa data menunjukkan angka yang beragam.
Data dari Bipolar Care Indonesia (BCI) menyebutkan prevalensi masyarakat Indonesia mengalami gangguan bipolar sebanyak 2 persen atau 72.860 orang (Agustina, 2018).
Data berdasar penelitian Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menunjukkan, jumlah penderita gangguan bipolar di Indonesia berkisar antara 0,3 persen sampai 1,5 persen dari jumlah keseluruhan gangguan psikologi (Nila Fachrilla, 2020).
BACA JUGA: Demi Lovato Akui Derita Bipolar
Angka itu belum termasuk individu yang tidak mencari bantuan sehingga tidak tercatat di layanan kesehatan mana pun. Kesimpulannya, jumlah penderita bipolar di Indonesia merupakan fenomena gunung es. Yakni, kemungkinan angka yang tidak tercatat jauh lebih besar daripada yang ada saat ini.
Sebenarnya gejala-gejala orang dengan gangguan bipolar itu seperti apa? Jessica Truschel (2020) dalam artikelnya berjudul Bipolar Definition and DSM-5 Diagnostic Criteria menjelaskan bahwa berdasar Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) dari American Psychiatric Association, untuk dapat didiagnosis menderita gangguan bipolar, seseorang harus pernah mengalami setidaknya satu episode manik atau hipomanik.
Untuk dianggap sebagai manik, suasana hati yang meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung harus berlangsung setidaknya selama satu minggu dan terjadi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari. Untuk dianggap sebagai hipomanik, suasana hati yang buruk harus berlangsung setidaknya empat hari berturut-turut dan muncul hampir sepanjang hari, hampir setiap hari.
BACA JUGA: Marshanda, Hilangnya sang Bipolar
Selama periode manik tersebut, tiga atau lebih gejala berikut harus ada dan menunjukkan perubahan signifikan dari perilaku biasanya: (1) Harga diri yang meningkat atau kemegahan; (2) Penurunan kebutuhan tidur; (3) Bicara lebih banyak; (4) Berkejaran dalam berpikir.