PADA Ramadan ini, salah satu kegiatan sosial yang dilakukan pengurus IHO (Indonesian Health Observer) Jawa Timur adalah menggelar acara buka puasa dan ngabuburit on the ship. Pada Selasa, 26 Maret 2024, para pengurus IHO Jawa Timur naik Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga.
Kapal yang sekaligus menjadi rumah sakit yang mobile itu berlayar ke Selat Madura. Kemudian, berhenti di bawah Jembatan Suramadu untuk berbuka puasa bersama.
Titik keberangkatan dimulai dari Pelabuhan Tanjung Perak. Kapal kemudian bergerak perlahan menuju Selat Madura.
Para pengurus IHO Jatim sengaja menggelar acara buka bersama di kapal terapung Ksatria Airlangga sembari berdiskusi tentang apa yang telah dilakukan alumni Universitas Airlangga, terutama dalam menyikapi keberadaan masyarakat di wilayah kepulauan terpencil dan terluar yang selama ini relatif belum terjangkau layanan kesehatan secara maksimal.
Dengan kemampuan jelajah yang lincah dan fleksibel, Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga diharapkan dapat memberikan layanan kesehatan serta membantu meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat di wilayah kepulauan.
RUMAH SAKIT TERAPUNG
Acara buka puasa dan ngabuburit di Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) yang diselenggarakan pengurus IHO Jawa Timur berlangsung santai dengan suasana yang sangat informal. Sembari berlayar, acara dibuka Ketua IHO Jawa Timur Prof Budi Santoso yang sekaligus dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Sebelum kapal mulai berangkat berlayar, acara dimulai dengan kegiatan salat bersama di Masjid Pelabuhan Tanjung Perak. Setelah kapal berlayar, acara dibuka ketua IHO Jawa Timur. Kemudian, dilanjutkan dengan pemaparan jejak langkah dan kegiatan pengabdian yang selama ini sudah dilaksanakan alumni Universitas Airlangga melalui Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga.
Menurut catatan, Yayasan Ksatria Medika Airlangga mulai berdiri pada 10 Januari 2017. Pembangunan kapal pinisi untuk rumah sakit terapung dilakukan di Takalar, Selawesi Selatan.
Pembuatan kapal berlangsung selama sekitar sembilan bulan, tepatnya Desember 2016 sampai Agustus 2017. Pada 14 September 2017 kapal dikirim dan berlayar ke Surabaya. Peluncuran kapal dilakukan pada 11 November 2017.
Sejak itulah Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga mulai menjalankan misi untuk membantu melayani kebutuhan kesehatan masyarakat kepulauan yang selama ini terabaikan, terlupakan, dan terbiarkan.
Wilayah sasaran Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga adalah pulau-pulau perbatasan yang berpenghuni, pulau-pulau terpencil sesuai rekomendasi Kemenkes/dinkes, dan pulau-pulau terluar di Indonesia. Semua wilayah itu umumnya adalah wilayah kepulauan yang acap kali kurang tersentuh layanan kesehatan yang memadai.
”Kelebihan kapal pinisi sebagai rumah sakit terapung adalah bisa mendarat di pulau yang tidak bisa didarati kapal besar. Kapal ini mampu menjangkau wilayah kepulauan yang terpencil,” ungkap ketua IHO Jawa Timur ketika mempresentasikan apa saja yang telah dilakukan alumni Universitas Airlangga dengan rumah sakit terapungnya.
Ukuran kapal pinisi yang dijadikan rumah sakit terapung tidaklah besar, yakni hanya 27 x 2,8 x 6,9 meter. Meski ukurannya tidak besar, kelebihan kapal itu memiliki daya jelajah yang lincah untuk dapat masuk ke berbagai wilayah kepulauan yang terpencil sekalipun.