Nashville, Tennessee, dikenal sebagai ibu kota musik country. Tetapi, di sana juga pernah beken sebagai tempat tumbuhnya musik kulit hitam (black music). Terutama, blues, rock, dan jazz. Kini, jejak sejarah musik blues lenyap digilas pembangunan kota.
LORENZO Washington menghabiskan seluruh hidupnya di Nashville. Sudah 81 tahun usianya kini. Karena itu, ia pernah menyaksikan pendar-pendar kehidupan malam di kotanya itu. Pendar yang begitu gemerlap hingga memikat musisi kenamaan di AS pada zamannya.
’’Dulu, kami punya semuanya. Ada bank, ada toko serbaada, toko pakaian, lapak bunga, kedai es krim. Hampir semua yang dibutuhkan orang ada di sini, di Jefferson Street,’’ ucap Washington.
BACA JUGA : Duka Musik Dunia, Vokalis Firehouse CJ Snare Meninggal dalam Usia 64 Tahun
Ya, Jefferson Street. Itulah nama jalan yang begitu bermakna bagi Washington. Itulah jalan yang menjadi salah satu sentra kehidupan warga kulit hitam. Warga Afrika-Amerika.
Di situ, Washington pernah melihat kehidupan malam yang benar-benar hidup. Antrean mengular begitu panjang di depan tempat-tempat hiburan. Misalnya, di klub, diskotek, arena dansa, atau tempat biliar.
Sejarah Musik Blues yang Tergusur di Jefferson Street, Nashville. POTRET ARTIS yang pernah menghidupkan Jefferson Street, Nashville, yang dipasang di museum milik Lorenzo Washington.-SETH HERALD-AFP-
Antrean itu ditarik oleh hadirnya musisi-musisi kenamaan AS pada zamannya. Sebut saja Jimi Hendrix, Etta James, Ray Charles, sampai BB King. Mereka kerap tampil di sejumlah klub yang ada di Jefferson Street.
Dari nama-nama itu, Anda sudah tahu bahwa penampilan mereka terjadi di pertengahan abad ke-20. Tepatnya pada dekade 1940-1960-an.
’’Semua orang pasti bergembira di Jefferson Street,’’ kata Washington. ’’Atmosfer kegembiraan adalah hal terpenting yang kami bangun di sini,’’ lanjutnya.
Sejarah Musik Blues yang Tergusur di Jefferson Street, Nashville. JEFFERSON STREET yang dulu pernah menjadi sentra kebangkitan musik kulit hitam. Kawasan itu mati suri saat jalan antar negara bagian dibangun pada 1968.-SETH HERALD-AFP-
Selama beberapa dekade, Jefferson Street menjelma sebagai pusat kebangkitan musisi kulit hitam. Terutama di era ketika segregasi rasial masih sangat kental di Amerika Serikat.
Namun, yang terjadi di Jefferson Street adalah kisah klasik pertumbuhan sebuah kota. Ketika deru pembangunan menggilas tradisi.
Itu terjadi pada 1968. Ketika jalan antar negara bagian dibangun. Jalan yang melintang dari timur ke barat itu persis memotong Jefferson Street. Menggusur ribuan warga kulit hitam, menghancurkan klub-klub, plus memicu turunnya geliat ekonomi kawasan tersebut.
Seluruh klub malam di situ lenyap. Hanya satu yang bertahan: Club Baron.
Sejarah Musik Blues yang Tergusur di Jefferson Street, Nashville. Inilah Club Baron yang lolos dari penggusuran pada 1960-an.-SETH HERALD-AFP-
Warga hanya bisa protes lewat graffiti. Salah satu tulisan yang cukup terkenal kala itu adalah The Blues Left Nashville. Blues pergi dari Nashville.
’’Ini kisah tragis sebuah kota ketika kita kehilangan musik kulit hitam,’’ ucap Washington. Apalagi, ketika itu Nashville begitu menaruh perhatian besar pada musik country dan melupakan Jefferson Street.
Tak ingin kenangan masa indah itu benar-benar lenyap, Washington pun membangun museum kecil di rumahnya. Namanya: Jefferson Street Sound Museum. Isinya seperti kapsul waktu yang memperlihatkan masa silam. Saat para artis kulit hitam masih wira-wiri di Jefferson Street. Saat musik blues mengalun dengan nada-nada yang sendu.