ADA suatu ajaran yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah untuk menjadikan mereka sebagai "wakil"-Nya di muka bumi. Orang-orang ada yang melihat ini secara positif, juga ada yang melihat ini secara negatif.
Akan terlihat positif kalau kita memaknainya sebagai pelecut untuk senantiasa meningkatkan potensi diri agar layak disebut sebagai "wakil Tuhan".
Dengan terus-menerus belajar dan berbuat kebajikan, misalnya. Akan terlihat negatif kalau dipakai sebagai pembenaran mengatasnamakan Tuhan untuk hal-hal yang, kata Remy Sylado, "mestinya bisa diselesaikan oleh Pak RT" saja.
Tentu, mengembang tugas sebagai "wakil Tuhan" sangatlah berat. Dibutuhkan spirit mementingkan kepentingan orang banyak dan jangka panjang ketimbang kepentingan diri sendiri atau golongan.
Sebagai contoh, kita memang hampir mustahil hidup tanpa adanya pembangunan. Sementara untuk membangun, hampir mustahil pula tidak melakukan modifikasi (kalau bukan perusakan) terhadap alam.
Makanya, sebagai "wakil Tuhan", manusia mesti mencari jalan penyeimbang antara pembangunan dan pelestarian alam, agar anak cucu tetap bisa hidup dengan nyaman di bumi Tuhan.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Guru Bahasa Mandarin Senior Winarto: Bu Ping Ze Ming
Barangkali inilah yang menjadi satu dari sekian banyak pembeda antara filsafat Barat dengan filsafat Timur (yang diwakili oleh Tiongkok dan India).
Sama-sama berorientasi kemajuan, tetapi filsafat Barat agaknya menuntun kita untuk maju dengan melawan alam; sedangkan filsafat Timur mengajak kita untuk maju dengan bersahabat dengan alam.
Istilahnya, "天人合一" (Tiān rén hé yī): menyatunya manusia dengan alam. Tak masalah juga bila Anda ingin menerjemahkan "天" (Tiān) sebagai Tuhan selain sebagai alam.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Penerjemah Teknik di Fichtner Consulting Indra Setya Ridfan: Ji Ye Cheng Qiu
Itulah mengapa, cheng yu atau pepatah kuno Tiongkok yang jadi pegangan Aguan 曾国宽, pengusaha transportasi asal Surabaya, mengingatkan kita untuk "替天行道" (tì Tiān xíng dào): menjadi wakil Tuhan yang menjalankan kebenaran. Kebenaran yang berperikemanusiaan di samping berketuhanan. (*)