Satu keyakinan kami. Bukankah Tuhan Sang Maha Pendidik itu selalu hadir membersamai. Bukan pada besar kecilnya majelis ilmu? Namun, hadir pada nilai-nilai tentang kebersamaan dan sifat kasih sayang?
Melingkar di semesta dengan paradigma ilahiyah-ilmiyah-alamiyah dan maiyah. Mencoba mengambil jarak dari dogma modernisme yang terjebak pada konsep dualisme, sekuler, liberal dan plural.
BACA JUGA: Musim Haji Telah Tiba, Jangan Lupa Membawa Beberapa Barang Kecil ini
Sebagai penutup. Selamat hari kebangkitan nasional. Semoga Indonesia bangkit dari hutang dan keterpurukan identitas budaya dan nasionalisme level dunia .
Bukankah kebangkitan nasional yang menggelegar di negeri Indonesia itu dibangun dari komunitas kecil. Tak seberapa, tapi diniati semoga mampu membangkitkan kesadaran nasional demi bangkitnya Indonesia dalam kancah peradaban dunia.
Impian besar harus dimulai dari impian kecil. Sekecil dan sesederhana apa pun itu. Laa tahqironna minal ma'ruufi sya'ian. Demikian sabda Nabi. Rosululloh Muhammad Sang Pendidik Sejati. Jangan kau remehkan kebaikan sekecil apa pun itu.
BACA JUGA: Mengenal Makna Bunga Edelweis yang Disebut Bunga Abadi
Terakhir. Hanya ada satu doa yang diajarkan Guru Murobbi kepada kami. Semoga apa yang diikhtiyari diterima oleh-Nya. Robbana fataqobbal minna waq balna. Bi sirril faatihah. Hanya itu secuil kisah. Tak seberapa. (*)
Oleh Anang Prasetyo: guru, pelukis dan penulis buku Menggambar dengan Memori Bahagia, Pembina KOMPAN Komunitas Padhang Njingglang